Makalah
Hakekat,
Ciri, Komponen Belajar Mengajar Dan Model-Model Pembelajaran Inovatif
DI SUSUN OLEH
YUSRAN HUSAIN
451415012
A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah STW. Karena berkat limpahan Rahmat
dan karunia-Nyalah, saya masih diberikan Rahmat kesehatan sehingganya saya bisa
menyusun materi Hakekat, Ciri, Komponen Belajar Mengajar dan Model Model Pembelajaran Inovatif
dalam bentuk makalah. Tujuannya
sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah Strategi Pembelajaran geografi
Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan materi ini masih jauh dari kesempurnaan, informasi- informasi
terbatas dan keterbatasan sumber yang
saya dapat. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan kritik dan saran kepada
pembaca demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya
Meskipun
jauh dari kesempurnaan mudah-mudahan makalah ini biasa sedikit membatu dalam
menyelesaiakan tugas-tugas. Dengan itu saya ucapkan terimah kasih moga isi
dalam makalah ini bias bermanfaat Amin
Gorontalo, september2017
penyusun
Yusran Husain
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………ii
BAB
I PENDAHULUAN
Latar
belakang……………………………………………………………………….1
Rumusan
masalah……………………………………………………………………1
Tujuan.................................................................................................................. ...….1
Manfaat
……………………………………………………………………………... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Belajar Mengajar……………………………………..……………3
2.2 Ciri-ciri Belajar Mengajar…………………….…………….….……....…....6
2.3
Komponen-komponen Belajar Mengajar………………………..………………..…...……......... 9
2.4
model model pembelajaran inovatif………………………………………..……………………..... 16
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………...………………..…
25
3.2
saran………………………………………………………….………….... 25
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Siapa pun tidak akan pernah
menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan,
tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan
ke dalam ciri setiap pribadi anak didik.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sinitentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-Iama di kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sinitentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-Iama di kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan Hakekat pembelajaran ?
1.2.2 Bagaimanakah
Ciri-ciri Belajar Mengajar ?
1.2.3 Bagaimanakah Komponen-komponen
dalam Belajar Mengajar ?
1.2.4 Bagaimanakah
model-model pembelajaran inovatif ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mahasiswa Dapat mengetahui Hakekat pembelajaran.
1.3.2
Mahasiswa Dapat mengetahui Ciri-ciri Belajar Mengajar.
1.3.3
Mahasiswa Dapat mengetahui komponen dalam Belajar Mengajar.
1.3.4
Mahasiswa Dapat mengetahui model-model pembelajaran inovatif.
1.4 Manfaat
1.4.1
Agar Mahasiswa Dapat mengetahui Hakekat pembelajaran.
1.4.2
Agar Mahasiswa Dapat mengetahui Ciri-ciri Belajar Mengajar.
1.4.3
Agar Mahasiswa Dapat mengetahui Ciri-ciri Belajar Mengajar.
1.4.4
Agar Mahasiswa Dapat mengetahui model-model pembelajaran inovatif.
Bab II
Pembahasan
2.1 Hakekat Belajar Mengajar
Dalam
kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan obyek dari kegiatan
pembelajaran. Karena itu inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan
belajar mengajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Tujuan pengajaran tentu saja dapat
tercapai jika anaka didik berusaha secara aktif untuk itulah mencapai dan anak
didik tersebut merasakan perubahan di dalam dirinya. Keaktifan anak didik di
sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kej iwaan.
Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif,
maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak
didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam
dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah "perubahan" yang
terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhimya melakukan aktivitas belajar.
Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.
kegiatan mengajar bagi seorang guru
menghendaki hadimya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak
selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Belajar di ru mah
cenderung menyendiri dan terlalu banyak mengharapan bantuan dari orang lain.
Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca sebuah buku
tertentu.
Mengajar pasti merupakan kegiatan
yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak
didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari
agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu,
belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam
konsep pengajaran.
Guru yang mengajar dan anak didik
yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga j iwa bersatu an tara
guru dan anak didik.
Biasanya permasalahan yang guru
hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan
kelas. Apa, siapa, bagaimana, kapan, dan di mana adalah serentetan pertanyaan
yang perlu dijawab dalam hubungannya dengan masalah pengelolaan kelas. Peranan
guru itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi
kegairahan dan kesenangan belajar anak didik. Setiap kali guru masuk kelas
selalu dituntut untuk mengelola kelas hingga berakhimya kegiatan belajar
mengajar. Jadi, masalah pengaturan kelas ini tidak akan pemah sepi dari
kegiatan guru. Semua kegiatan itu guru lakukan tidak lain demi kepentingan anak
didik, demi keberhasilan belajar anak didik.
Sama halnya dengan belajar, mengajar
pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya
mengajar adalah proses memberikan bimbinganlbantuan kepada anak didik dalam
melakukan proses belajar. (Nana Sudjana, 1991: 29).
Peranan guru sebagai pembimbing
bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada
anak didik yang cepat mencema bahan, ada anak didik yang sedang mencema bahan,
dan ada pula anak didik yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru.
Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi
pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
Akhimya, bila hakikat belajar adalah
"perubahan", maka hakikat belajar mengajar adalah proses
"pengaturan" yang dilakukan oleh guru.
2.2 Ciri-ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan,
kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut
Edi Suardi sebagai berikut:
Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni
untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.lnilah yang
dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan
anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya
sebagai pengantar dan pendukung.
Ada suatu prosedur (jalannya interaksi)
yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar
dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada
prosedur, atau langkah-Iangkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan
prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan
pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkan letak kota New York tentu
kegiatannya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam hati; dan begitu
seterusnya.
Kegiatan belajar mengajar ditandai
dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain
sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam
hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak
didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Ditandai dengan aktivitas anak didik.
Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini,
baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep
CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak
didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus
melakukannya.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru
berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agarterjadi proses interaksi
yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses
belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru
tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik)
sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi.
Dalam kegiatan belajar mengajar
membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan
sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan
yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme
konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan
prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator
pelanggaran disiplin.
Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan
pembelajar tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu
menjadi salah satu ciri yangtidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi
waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
h
Evaluasi. Dari seluruh kegiatan di atas,
masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
2.3 Komponen-komponen Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem tentu saja
kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan,
bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta
evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang
ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang
diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki
kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa. Dalam
kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam
kegiatannya.
Tujuan dalam pendidikan dan
pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan perkataan lain,
dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik.
Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat
dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Tujuan mempunyai jenjang dari yang luasdan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan di bawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya juga tidak tercapai, sebagai rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman. lni berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan dan pengajaran.
Tujuan mempunyai jenjang dari yang luasdan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan di bawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya juga tidak tercapai, sebagai rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman. lni berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan dan pengajaran.
Tujuan adalah komponen yang dapat
mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Bila salah
satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ny. Dr. Roestiyah,N.K. (1989: 44)
mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan
perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka
mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran
mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekadar
suatu proses dari pengajaran itu sendiri.
2.
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi
yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Ada dua persoalan dalam
penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan
bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang
menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya
(disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang
adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam
mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan penunjang ini
biasanya bahan yang terlepas dari disiplin keilmuan guru, Pemakaian bah an
pelajaran penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang
dipegang agar dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak
didik.
Bahan adalah salah satu sumber
belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran)
ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. (Sudirman, N.K.,
1991;203). Bahan pelajaran menurut Dr. Suharsimi Arikunto (1990) merupakan
unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan
pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Maslow
berkeyakinan bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan
kebutuhannya. (Sadirman, A.M., 1988; 81). Jadi, bahan pelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu
tertentu.
Biasanya aktivitas anak didik akan
berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan tidak atau kurang menarik
perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan prinsip-prinsip
mengajar, seperti apersepsi dan korelasi, dan lain-lain. Guru merasa pintar
dengan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan bahasa dan jiwa
anak didik akan lebih ban yak mengalami kegagalan dalam menyampaikan bahan
pelajaran dalam proses belajar mengajar. Karena itu, lebih baik menyampaikan
bahan sesuai dengan perkembangan bahasa anak didik daripada menuruti kehendak
pribadi. Ini perlu mendapat perhatian yang serius, agar anak didik tidak
dirugikan oleh sikap dan tindakan guru yang keliru.
3.
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar
mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah
diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan
bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih
aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Inilah sistem pengajaran yang dikehendaki dalam pengajaran dengan pendekatan
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam pendidikan modern. Kegiatan belajar
mengajar pendekatan CBSA menghendaki aktivitasanak didik seoptimal mungkin.
Keaktifan anak didik menyangkut kegiatan fisik dan mental. Aktivitas anak didik
bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Aktivitas
anak didik dalam kelompok sosial akan membuahkan interaksi dalam kelompok.
Interaksi dikatakan maksimal bila interaksi itu terjadi antara guru dengan
semua anak didik, antara anak dengan guru, dan antara anak didik dengan anak
didik dalam rangka bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual
anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Mastery
learning adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual
(Drs. Muhammad Ali, 1992: 94). Mastery learning adalah kegiatan yang meliputi
dua kegiatan, yaitu program pengayaan dan program perbaikan (Dr. Suharsimi Arikunto,
1988: 31). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru akan menemui bahwa anak
didiknya sebagian ada yang dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas dan
ada pula anak didik yang kurang menguasai bahan pelajaran secara tuntas
(mastery). Kenyataan tersebut merupakan persoalan yang perlu diatasi dengan
segera, dan mastery learning-Iah sebagai jawabannya.
4.
Metode
Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang
guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun
metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan
pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991: 72).
Dalam kegiatan belajar mengajar,
guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya
menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan,
tetapi menarik perhatian anak didik. pemilihan dan penggunaan metode yang
bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan faktor faktor
yang' mempengaruhi penggunaannya. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed.,
mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar
sebagai berikut:
a
Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan
fungsinya;
b
Anak didik yang berbagai-bagai tingkat
kematangannya;
c
Situasi yang berbagai-bagai keadaannya;
d
Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas
dan kuantitasnya;
e
Pribadi guru serta kemampuan
profesionalnya yang berbeda-beda.
5.
Alat
Alat adalah segal a
sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat
mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu
mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan (Dr. Ahmad D.
Marimba, 1989:51).
Alat dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan
alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat
bantu pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur,
gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. Ahli lain membagi alat
pendidikan dan pengajaran menjadi alat material dan nonmaterial.
Alat material termasuk alat bantu
audiovisual di dalamnya. Penggunaan alat bantu audiovisual dalam proses balajar
mengajar sangat didukung oleh Dwyer (1967), salah satu tokoh aliran Realisme.
Aliran Realisme berasumsi bahwa belajar yang sempuma hanya dapat tercapai jika
digunakan bahan-bahan audiovisual yang mendekati realitas. Menurut Miller, dkk.
(1957), lebih banyak sifat bahan audiovisual yang menyerupai realisasi, makin
mudah terjadi belajar.
Sebagai alat bantu
dalam pendidikan dan pengajaran, alat material
(audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
(audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
a
Kemampuan untuk meningkatkan persepsi;
b
Kemampuan untuk meningkatkan pengertian;
c
Kemampuan untukmeningkatkan
transper(pengalihan) belajar;
d
Kemampuan untuk memberikan penguatan
(reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai;
e
Kemampuan untuk meningkatkan retensi
(ingatan).
6.
Sumber Pelajaran
Yang
dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal
untuk belajar seseorang (Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs.
Rustana Ardiwinata, 1991: 165). Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan
bahanlmateri untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi
si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal hal
baru (perubahan).
Sumber belajar sesungguhnya banyak
sekali terdapat di mana mana: di sekolah, di halaman, di pusat kota, di
pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut
tergantung pad a kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan
lainnya. (Drs. Sudirman N. dkk., 1991: 203).
Untuk
mendapatkan gambaran apa-apa saja yang termasuk kategori sumber-sumber belajar,
berikut dikemukakan pendapat-pendapat: Ny. Dr. Roestiyah, N.K. (1989: 53)
mengatakan bahwa sumbersumber belajar itu adalah:
a
Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat).
b
Buku/perpustakaan.
c
Mass media (majalah, surat kabar, radio,
tv, dan lain-lain).
d
Dalam lingkungan.
e
Alat pengajaran (buku pelajaran, peta,
gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan lain-lain).
f
Museum (tempat penyimpanan benda-benda
kuno).
Drs. Sudirman N, dkk. (1991: 203)
mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut:
a
Manusia (people).
b
Bahan (materials).
c
Lingkungan (setting).
d
Alat dan perlengkapan (tool and
equipment).
e
Aktivitas (activities).
1. Pengajaran
berprogram.
2. Simulasi.
3. Karyawisata.
4. Sistem
pengajaran modul.
Aktivitas sebagai sumber belajar
biasanya meliputi: Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa. Materi (bahan
pelajaran) yang harus dipelajari. Aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan pengajaran.
Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A.
dan Drs. Rustana Ardiwinata (1991: 165) berpendapat bahwa terdapat
sekurang-kurangnya lima macam sumber belajar, yaitu:
a
Manusia.
b
Buku/perpustakaan.
c
Media massa.
d
Alam lingkungan:
1. Alam
lingkungan terbuka
2. Alam
lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah atau peninggalan sejarah.
3. Alam
lingkungan manusia.
4. e. Media pendidikan.
7.
Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa
Inggris, yaitu evaluation. Dalam buku Essentials of Educational Evaluation
karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown. dikatakan bahwa Evaluation refer to
the act or prosess to determining the value of something. Jadi, menurut Wand
dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menu rut Wayan
Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, (1983: 1) evaluasi pendidikan dapat diartikan
sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam
dunia pendidikan atau segala yang sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan.
Berbeda dengan pendapat tersebut,
Ny. Drs. Roestiyah N.K. (1989: 85) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan data seluas-Iuasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan
kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang
dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Dari
kedua pengertian evaluasi tersebut, dapat diketahui tujuan penggunaan evaluasi.
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak menegaskan bahwa:
a.
Tujuan umum dari evaluasi adalah:
a
Mengumpulkan data-data yang membuktikan
tarafkemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b
Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas
pengalaman yang didapat.
c
Menilai metode mengajar yang
dipergunakan.
b.
Tujuan khusus dari evaluasi adalah:
1
Merangsang kegiatan siswa.
2
Menemukan sebab-sebab kemajuan atau
kegagalan.
3
Memberikan bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
4
Memperoleh bahan laporan tentang
perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
5
Untuk memperbaiki mutu pelajaran cara
belajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 189).
Dari tujuan itu juga dapat dipahami
bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk
(W.S. Winkel, 1989: 318). Evaluasi proses dimaksud, adalah suatu evaluasi yang
diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang
telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala, dan bagaimana
kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan
pelajaran. Evaluasi produk dimaksud, adalah suatu evaluasi yang diarahkan
kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana
penguasaan siswa terhadap bahanlmateri pelajaran yang telah guru berikan ketika
proses belajar mengajar berlangsung.
Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a
Untuk memberikan umpan balik (feed back)
kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta
mengadakan perbaikan program bagi murid.
b
Untuk memberikan angka yang tepat
tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan
dalam rangka pemberian laporan
kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta
penentuan lulus tidaknya seorang murid.
c
Untuk menentukan murid di dalam situasi
belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik
lainnya) yang dimiliki oleh murid.
d. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 189)
d. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 189)
2.3 model model pembelajaran
inovatif
2.3.1
Pengertian Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran
inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat
komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern yang
berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis dan
teori lainnya.
Dari
segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya
yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini
mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses
pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan
hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini
akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak
bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan
yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran
inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses
pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar.
Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi
bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses
pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang
saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan
menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran, dengan mengacu
pada pembelajaran aktif dan inovatif.
Model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran inovatif adalah
pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang
lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara
mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated
instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma
konstruktivistik.
Pembelajaran inovatif biasanya
berlandaskan paradigma konstruktivistik membantu siswa untuk menginternalisasi,
membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru.
Makna
Pembelajaran Inovatif
1.
Model pembelajaran sebagai produk pemikiran inovatif.
2.
Model pembelajaran yang memfasilitas peserta didik semakin inovatif.
3.
Berdasarkan atas kedua pengertian
tersebut, pengertian kedua (butir 2)
yang relevan digunakan
Model-model
Pembelajaran Inovatif
Ø Model
Examples Non Examples
Contoh
dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar.
Langkah-langkah
:
Ø Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
Ø Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
Ø Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa
gambar
Ø Melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas
Ø Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
Ø Mulai
dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan
yang ingin dicapai.
Ø Kesimpulan.
Ø Picture
And Picture
Langkah-langkah
:
•
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai
•
Menyajikan materi sebagai pengantar
•
Guru menunjukkan/memperlihatkan
gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
•
Guru menunjuk/memanggil siswa secara
bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
•
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran
urutan gambar tersebut
•
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru
memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
•
Kesimpulan/rangkuman.
Ø Numbered
Heads Together
Langkah-langkah
:
•
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
•
Guru memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya
•
Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya
•
Guru memanggil salah satu nomor siswa
dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
•
Tanggapan dari teman yang lain, kemudian
guru menunjuk nomor yang lain
•
Kesimpulan.
Ø Cooperative
Script
Metode
belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah
:
•
Guru membagi siswa untuk berpasangan
•
Guru membagikan wacana/materi tiap siswa
untuk dibaca dan membuat ringkasan
•
Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
•
Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
(a)Menyimak/mengoreksi/menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap
(b)Membantu mengingat/menghafal
ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
•
Bertukar peran, semula sebagai pembicara
ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya
•
Kesimpulan siswa bersama-sama dengan
guru
Penutup.
Ø Kepala
Bernomor Struktur
Langkah-langkah
:
·
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
·
Penugasan diberikan kepada setiap siswa
berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu
bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga
melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
·
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja
sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung
bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
sama mereka
·
Laporkan hasil dan tanggapan dari
kelompok yang lain
·
Kesimpulan.
Ø Student
Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah
:
•
Membentuk kelompok yang anggotanya = 4
orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
•
Guru menyajikan pelajaran
•
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
•
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
•
Memberi evaluasi
•
Kesimpulan.
Ø Jigsaw
(Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah
:
•
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
•
Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang berbeda
•
Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang ditugaskan
•
Anggota dari tim yang berbeda yang telah
mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok
ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
•
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli
tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim
mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan
dengan sungguh-sungguh
•
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusi
•
Guru memberi evaluasi
•
Penutup.
Ø Problem
Based Instruction (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah
:
•
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
•
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
•
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
•
Guru membantu siswa dalam merencanakan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
•
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
Ø Artikulasi
Langkah-langkah
:
•
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai
•
Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
•
Untuk mengetahui daya serap siswa,
bentuklah kelompok berpasangan dua orang
•
Suruhlan seorang dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
•
Suruh siswa secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya
•
Guru mengulangi/menjelaskan kembali
materi yang sekiranya belum dipahami siswa
•
Kesimpulan/penutup.
Ø Mind
Mapping
Sangat
baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif
jawaban
•
Langkah-langkah :
•
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin
dicapai
•
Guru mengemukakan konsep/permasalahan
yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai
alternatif jawaban
•
Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3
orang
•
Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat
alternatif jawaban hasil diskusi
•
Tiap kelompok (atau diacak kelompok
tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
•
Dari data-data di papan siswa diminta
membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan
guru.
Ø Make
– A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah
:
•
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu
bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
•
Setiap siswa mendapat satu buah kartu
•
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari
kartu yang dipegang
•
Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
•
Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin
•
Setelah satu babak kartu dikocok lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
•
Demikian seterusnya
•
Kesimpulan/penutup
Ø Think
Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah
:
•
Guru menyampaikan inti materi dan
kompetensi yang ingin dicapai
•
Siswa diminta untuk berfikir tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru
•
Siswa diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
•
Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
kelompok mengemukakan hasil diskusinya
•
Berawal dari kegiatan
tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi
yang belum diuangkapkan para siswa
•
Guru memberi kesimpulan
•
Penutup
Ø Debat
Langkah-langkah
:
•
Guru membagi 2 kelompok peserta debat
yang satu pro dan yg lainnya kontra
•
Guru memberikan tugas untuk membaca
materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
•
Setelah selesai membaca materi. Guru
menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi
atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
•
Sementara siswa menyampaikan gagasannya
guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis.
Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
•
Guru menambahkan konsep/ide yang belum
terungkap
•
Dari data-data di papan tersebut, guru
mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang
diinginkan.
D). Pentingnya
Pembelajaran Inovatif
Daya
kreativitas dan inovasi secara alamiah telah dimiliki oleh setiap orang. Namun
tumbuh dan berkembangnya pada setiap orang ini akan berbeda tergantung dari
kesempatan masing-masing untuk mengembangkannya. Pengembangan atau tumbuhnya
dengan subur kreativitas dan inovasi pada setiap orang atau sehubungan dengan
pekerjaan guru adalah dengan adanya latihan yang berkesinambungan. Latihan ini
harus dibarengi pula dengan penanaman sikap dan nilai yang luhur, yaitu sikap
seorang ilmuwan dan nilai yang berlandaskan pada IMTAQ.
Inovasi
pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dilakukan oleh guru.
Dengan adanya inovasi pembelajaran maka kita sebagai calon guru sebaiknya dapat
belajar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis,
penuh semangat, dan penuh tantangan. Suasana pembelajaran seperti itu dapat mempermudah
peserta didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat menanamkan nilai-nilai
luhur yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya tujuan
pembelajaran.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan hakekat, ciri-ciri dan komponen belajar mengajar dapat di simpulkan
sebagai berikut:
a. Hakekat
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan obyek dari
kegiatan pembelajaran. Karena itu inti proses pembelajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar mengajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
b. ciri-Ciri
belajar mengajar dalah memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalan interaksi)
yang di rencanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan, di
tandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus, di tandai dengan aktivitas
anak didik, duru berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin, ada batas
waktu dan evaluasi.
c. komponen
Belajar Mnegajar Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar
mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.
3.2 Saran
Hendaknya bagi seorang pendidik atau
colaon pendidik atau anak didik memahami betul hakikat, ciri-ciri dan komponen
belajar mengajar agar tujuan dari proses belajar mengajar dapat dengan mudah di
capai dan membuahkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet.IV. 2010
http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2012/07/hakikat-ciri-ciri-dan-komponen-belajar.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar