Jumat, 22 September 2017

Hakekat, Ciri, Komponen Belajar Mengajar Dan Model-Model Pembelajaran Inovatif


Makalah
Hakekat, Ciri, Komponen Belajar Mengajar Dan Model-Model Pembelajaran Inovatif
DI SUSUN OLEH
YUSRAN HUSAIN
451415012
A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah STW. Karena berkat limpahan Rahmat dan karunia-Nyalah, saya masih diberikan Rahmat kesehatan sehingganya saya bisa menyusun materi Hakekat, Ciri, Komponen Belajar Mengajar dan Model Model Pembelajaran Inovatif
dalam bentuk makalah. Tujuannya sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah Strategi Pembelajaran geografi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini masih jauh dari kesempurnaan, informasi- informasi terbatas  dan keterbatasan sumber yang saya dapat. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan kritik dan saran kepada pembaca demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya
            Meskipun jauh dari kesempurnaan mudah-mudahan makalah ini biasa sedikit membatu dalam menyelesaiakan tugas-tugas. Dengan itu saya ucapkan terimah kasih moga isi dalam makalah ini bias bermanfaat Amin

           Gorontalo, september2017
          penyusun


                                                                                                      Yusran Husain





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang……………………………………………………………………….1
Rumusan masalah……………………………………………………………………1
Tujuan.................................................................................................................. ...….1
Manfaat ……………………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Belajar Mengajar……………………………………..……………3
2.2 Ciri-ciri Belajar Mengajar…………………….…………….….……....…....6
2.3 Komponen-komponen Belajar Mengajar………………………..………………..…...……......... 9
2.4 model model pembelajaran inovatif………………………………………..……………………..... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………...………………..… 25
3.2 saran………………………………………………………….………….... 25
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
            Siapa pun tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi anak didik.

            Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pangajaran dilaksanakan.

            Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sinitentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-Iama di kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Hakekat pembelajaran ?

1.2.2 Bagaimanakah Ciri-ciri Belajar Mengajar ?

1.2.3 Bagaimanakah Komponen-komponen dalam Belajar Mengajar ?

1.2.4 Bagaimanakah model-model pembelajaran inovatif ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa Dapat mengetahui Hakekat pembelajaran.
1.3.2 Mahasiswa Dapat mengetahui Ciri-ciri Belajar Mengajar.
1.3.3 Mahasiswa Dapat mengetahui komponen dalam Belajar Mengajar.
1.3.4 Mahasiswa Dapat mengetahui model-model pembelajaran inovatif.
1.4 Manfaat
1.4.1 Agar Mahasiswa Dapat mengetahui Hakekat pembelajaran.
1.4.2 Agar Mahasiswa Dapat mengetahui Ciri-ciri Belajar Mengajar.
1.4.3 Agar Mahasiswa Dapat mengetahui Ciri-ciri Belajar Mengajar.
1.4.4 Agar Mahasiswa Dapat mengetahui model-model pembelajaran inovatif.







Bab II
Pembahasan
2.1 Hakekat Belajar Mengajar
            Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan obyek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar mengajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
            Tujuan pengajaran tentu saja dapat tercapai jika anaka didik berusaha secara aktif untuk itulah mencapai dan anak didik tersebut merasakan perubahan di dalam dirinya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kej iwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah "perubahan" yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhimya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.
            kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadimya sejumlah anak didik. Berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Belajar di ru­ mah cenderung menyendiri dan terlalu banyak mengharapan bantuan dari orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca sebuah buku tertentu.
            Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep pengajaran.
            Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga j iwa bersatu an tara guru dan anak didik.
            Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa, bagaimana, kapan, dan di mana adalah serentetan pertanyaan yang perlu dijawab dalam hubungannya dengan masalah pengelolaan kelas. Peranan guru itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan kesenangan belajar anak didik. Setiap kali guru masuk kelas selalu dituntut untuk mengelola kelas hingga berakhimya kegiatan belajar mengajar. Jadi, masalah pengaturan kelas ini tidak akan pemah sepi dari kegiatan guru. Semua kegiatan itu guru lakukan tidak lain demi kepentingan anak didik, demi keberhasilan belajar anak didik.
            Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbinganlbantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. (Nana Sudjana, 1991: 29).
            Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bermasalah. Dalam belajar ada anak didik yang cepat mencema bahan, ada anak didik yang sedang mencema bahan, dan ada pula anak didik yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajarannya yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
            Akhimya, bila hakikat belajar adalah "perubahan", maka hakikat belajar mengajar adalah proses "pengaturan" yang dilakukan oleh guru.

2.2 Ciri-ciri Belajar Mengajar

            Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
       Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.lnilah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-Iangkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkan letak kota New York tentu kegiatannya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam hati; dan begitu seterusnya.
       Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
        Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
        Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agarterjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi.
      Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
      Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajar tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yangtidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
h        Evaluasi. Dari seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

2.3 Komponen-komponen Belajar Mengajar

            Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
            Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa. Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam kegiatannya.
            Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
            Tujuan mempunyai jenjang dari yang luasdan umum sampai kepada yang sempit/khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan di bawahnya menunjang tujuan di atasnya. Bila tujuan terendah tidak tercapai, maka tujuan di atasnya juga tidak tercapai, sebagai rumusan tujuan terendah biasanya menjadikan tujuan di atasnya sebagai pedoman. lni berarti bahwa dalam merumuskan tujuan harus benar-benar memperhatikan kesinambungan setiap jenjang tujuan dalam pendidikan dan pengajaran.
            Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
            Ny. Dr. Roestiyah,N.K. (1989: 44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekadar suatu proses dari pengajaran itu sendiri.
2. Bahan Pelajaran
            Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan penunjang ini biasanya bahan yang terlepas dari disiplin keilmuan guru, Pemakaian bah an pelajaran penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.
            Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. (Sudirman, N.K., 1991;203). Bahan pelajaran menurut Dr. Suharsimi Arikunto (1990) merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Maslow berkeyakinan bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. (Sadirman, A.M., 1988; 81). Jadi, bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu.
            Biasanya aktivitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korelasi, dan lain-lain. Guru merasa pintar dengan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan bahasa dan jiwa anak didik akan lebih ban yak mengalami kegagalan dalam menyampaikan bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar. Karena itu, lebih baik menyampaikan bahan sesuai dengan perkembangan bahasa anak didik daripada menuruti kehendak pribadi. Ini perlu mendapat perhatian yang serius, agar anak didik tidak dirugikan oleh sikap dan tindakan guru yang keliru.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
             Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Inilah sistem pengajaran yang dikehendaki dalam pengajaran dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dalam pendidikan modern. Kegiatan belajar mengajar pendekatan CBSA menghendaki aktivitasanak didik seoptimal mungkin. Keaktifan anak didik menyangkut kegiatan fisik dan mental. Aktivitas anak didik bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Aktivitas anak didik dalam kelompok sosial akan membuahkan interaksi dalam kelompok. Interaksi dikatakan maksimal bila interaksi itu terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak dengan guru, dan antara anak didik dengan anak didik dalam rangka bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
 Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Mastery learning adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual (Drs. Muhammad Ali, 1992: 94). Mastery learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan, yaitu program pengayaan dan program perbaikan (Dr. Suharsimi Arikunto, 1988: 31). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru akan menemui bahwa anak didiknya sebagian ada yang dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas dan ada pula anak didik yang kurang menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery). Kenyataan tersebut merupakan persoalan yang perlu diatasi dengan segera, dan mastery learning-Iah sebagai jawabannya.
4. Metode
            Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991: 72).
            Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan faktor­ faktor yang' mempengaruhi penggunaannya. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut:
a         Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya;
b        Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya;
c         Situasi yang berbagai-bagai keadaannya;
d        Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya;
e         Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
5. Alat
             Alat adalah segal a sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan (Dr. Ahmad D. Marimba, 1989:51).
             Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan pengajaran menjadi alat material dan nonmaterial.
            Alat material termasuk alat bantu audiovisual di dalamnya. Penggunaan alat bantu audiovisual dalam proses balajar mengajar sangat didukung oleh Dwyer (1967), salah satu tokoh aliran Realisme. Aliran Realisme berasumsi bahwa belajar yang sempuma hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audiovisual yang mendekati realitas. Menurut Miller, dkk. (1957), lebih banyak sifat bahan audiovisual yang menyerupai realisasi, makin mudah terjadi belajar.
             Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material
(audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
a         Kemampuan untuk meningkatkan persepsi;
b        Kemampuan untuk meningkatkan pengertian;
c         Kemampuan untukmeningkatkan transper(pengalihan) belajar;
d        Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai;
e         Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
6. Sumber Pelajaran
 Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata, 1991: 165). Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahanlmateri untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal­ hal baru (perubahan).
            Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana­ mana: di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pad a kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. (Drs. Sudirman N. dkk., 1991: 203).
Untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja yang termasuk kategori sumber-sumber belajar, berikut dikemukakan pendapat-pendapat: Ny. Dr. Roestiyah, N.K. (1989: 53) mengatakan bahwa sumber­sumber belajar itu adalah:
a         Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat).
b        Buku/perpustakaan.
c         Mass media (majalah, surat kabar, radio, tv, dan lain-lain).
d        Dalam lingkungan.
e         Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan lain-lain).
f         Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno).
            Drs. Sudirman N, dkk. (1991: 203) mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut:
a         Manusia (people).
b        Bahan (materials).
c         Lingkungan (setting).
d        Alat dan perlengkapan (tool and equipment).
e         Aktivitas (activities).
1.      Pengajaran berprogram.
2.      Simulasi.
3.      Karyawisata.
4.      Sistem pengajaran modul.
            Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya meliputi: Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa. Materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari. Aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
            Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata (1991: 165) berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya lima macam sumber belajar, yaitu:
a         Manusia.
b        Buku/perpustakaan.
c         Media massa.
d        Alam lingkungan:
1.      Alam lingkungan terbuka
2.      Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah atau peninggalan sejarah.
3.      Alam lingkungan manusia.
4.      e. Media pendidikan.
7. Evaluasi
            Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Dalam buku Essentials of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown. dikatakan bahwa Evaluation refer to the act or prosess to determining the value of something. Jadi, menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menu rut Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, (1983: 1) evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala yang sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
            Berbeda dengan pendapat tersebut, Ny. Drs. Roestiyah N.K. (1989: 85) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-Iuasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Dari kedua pengertian evaluasi tersebut, dapat diketahui tujuan penggunaan evaluasi. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak menegaskan bahwa:
a. Tujuan umum dari evaluasi adalah:
a         Mengumpulkan data-data yang membuktikan tarafkemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b        Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas pengalaman yang didapat.
c         Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
b. Tujuan khusus dari evaluasi adalah:
1        Merangsang kegiatan siswa.
2        Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
3        Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
4        Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
5        Untuk memperbaiki mutu pelajaran cara belajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 189).
            Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk (W.S. Winkel, 1989: 318). Evaluasi proses dimaksud, adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala, dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Evaluasi produk dimaksud, adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahanlmateri pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar mengajar berlangsung.

            Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a         Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
b        Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seorang murid.
c         Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid.
d.
Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 189)
2.3 model model pembelajaran inovatif
            2.3.1 Pengertian Pembelajaran Inovatif
                Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifis dan teori lainnya.
                Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
                Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran, dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif.
            Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
            Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik.
            Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru.

Makna Pembelajaran Inovatif
1.      Model pembelajaran sebagai produk pemikiran inovatif.
2.      Model pembelajaran yang memfasilitas peserta didik semakin inovatif.
3.      Berdasarkan atas kedua pengertian tersebut, pengertian kedua (butir 2) yang relevan digunakan

Model-model Pembelajaran Inovatif
Ø  Model Examples Non Examples
Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar.
Langkah-langkah :
Ø  Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
Ø  Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
Ø  Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
Ø  Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
Ø  Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
Ø  Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Ø  Kesimpulan.

Ø  Picture And Picture
Langkah-langkah :
         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
         Menyajikan materi sebagai pengantar
         Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
         Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
         Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
         Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
         Kesimpulan/rangkuman.
Ø  Numbered Heads Together
Langkah-langkah :
         Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
         Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
         Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
         Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
         Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
         Kesimpulan.

Ø  Cooperative Script
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
         Guru membagi siswa untuk berpasangan
         Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
         Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
         Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar :
            (a)Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
            (b)Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
         Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya
         Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
Penutup.

Ø  Kepala Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
·         Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
·         Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
·         Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
·         Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
·         Kesimpulan.

Ø  Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah :
         Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
         Guru menyajikan pelajaran
         Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
         Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
         Memberi evaluasi
         Kesimpulan.

Ø  Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
         Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
         Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
         Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
         Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
         Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
         Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
         Guru memberi evaluasi
         Penutup.

Ø  Problem Based Instruction (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
         Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
         Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
         Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
         Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
         Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Ø  Artikulasi
Langkah-langkah :
         Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
         Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
         Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
         Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
         Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
         Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
         Kesimpulan/penutup. 

Ø  Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
         Langkah-langkah :
         Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
         Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
         Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
         Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
         Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
         Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

Ø  Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah :
         Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
         Setiap siswa mendapat satu buah kartu
         Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
         Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
         Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
         Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
         Demikian seterusnya
         Kesimpulan/penutup

Ø  Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah :
         Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
         Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
         Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
         Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
         Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
         Guru memberi kesimpulan
         Penutup

Ø  Debat
Langkah-langkah :
         Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
         Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
         Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
         Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
         Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
         Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang diinginkan.
D). Pentingnya Pembelajaran Inovatif
                Daya kreativitas dan inovasi secara alamiah telah dimiliki oleh setiap orang. Namun tumbuh dan berkembangnya pada setiap orang ini akan berbeda tergantung dari kesempatan masing-masing untuk mengembangkannya. Pengembangan atau tumbuhnya dengan subur kreativitas dan inovasi pada setiap orang atau sehubungan dengan pekerjaan guru adalah dengan adanya latihan yang berkesinambungan. Latihan ini harus dibarengi pula dengan penanaman sikap dan nilai yang luhur, yaitu sikap seorang ilmuwan dan nilai yang berlandaskan pada IMTAQ.
                Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dilakukan oleh guru. Dengan adanya inovasi pembelajaran maka kita sebagai calon guru sebaiknya dapat belajar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis, penuh semangat, dan penuh tantangan. Suasana pembelajaran seperti itu dapat mempermudah peserta didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat menanamkan nilai-nilai luhur yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran.



Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
            Dari pembahasan hakekat, ciri-ciri dan komponen belajar mengajar dapat di simpulkan sebagai berikut:
a.       Hakekat Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan obyek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar mengajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
b.      ciri-Ciri belajar mengajar dalah memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalan interaksi) yang di rencanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan, di tandai dengan suatu penggarapan materi yang khusus, di tandai dengan aktivitas anak didik, duru berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin, ada batas waktu dan evaluasi.
c.       komponen Belajar Mnegajar Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.
3.2 Saran
            Hendaknya bagi seorang pendidik atau colaon pendidik atau anak didik memahami betul hakikat, ciri-ciri dan komponen belajar mengajar agar tujuan dari proses belajar mengajar dapat dengan mudah di capai dan membuahkan hasil yang maksimal.



DAFTAR PUSTAKA

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka     Cipta, Jakarta, Cet.IV. 2010

http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2012/07/hakikat-ciri-ciri-dan-komponen-belajar.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar