NIM : 451415012
TUGSA : GEOLOGI INDONESIA
Proses terbentuknya indonesia
Bumi
memiliki komposisi permukaan kurang lebih 1/3 bagiannya adalah daratan dan 2/3
bagian lainnya adalah lautan. Proses pembentukan benua di permukaan bumi
dijelaskan ofeh para ahli dengan berbagai teori. Teori-teori tersebut
dipaparkan pada penjelasan berikut.
1.Teori limas (the tetrahedral theory)
Teori
ini dikemukakan oleh Lowthian Green (1875), yang membandingkan bumi dengan
tetrahedron, yaitu tiga sisi piramid dengandasar segitiga datar (limas
segitiga). Green mengasumsikan bahwa sudut sudut limas menunjukkan benua dan
sisi-sisi limas menunjukkan samudera. Teori ini mengasumsikan bahwa benua
selalu ada dalam keadaan stabil, posisinya tetap, tetapi terpisah satu sama
lain.
2. Teori apungan benua (continental drift)
Dikemukakan
oleh Taylor (1910), kemudian dikembangkan oleh Wegener (1912; 1929). Teori ini
kurang berhasil meyakinkan ilmuwan lain, terutama yang terkait dengan mekanisme
pergeseran benua-benua tersebut.Pada teori ini, benua diumpamakan sebagai bahan
yang bersusunan Si-AI yang mengapung di atas bahan yang memiliki densitas yang
lebih besar dan bersifat plastis yang membentuk kerak samudera.
3. Teori arus konveksi (convection current)
Dikemukakan
oleh Holmes, yang menyatakan bahwa bongkahbongkah benua dapat bergeser satu
sama lain karena adanya arus konveksi. Bongkah-bongkah benua adalah benda-benda
pasif yang menumpang di atas mantel arus konveksi, sehingga dapat bergerak
bebas.Bongkahbongkah tersebut menghubungkan punggung-punggung tengah samudera, yaitu
tempat arus konveksi naik dari mantel dan muncul di permukaan melalui celah
–celah.
4. Teori bumi yang mengembang (the
expanding earth)
Teori
ini dikemukakan oleh J.K.E. Halm (1935) dan diteruskan oleh Bruce C.
Heezen.Teori ini mengasumsikan bahwa pada awal-awal pembentukannya, bumi
berukuran jauh lebih kecil daripada ukuran saat ini, kira-kira % ukuran bumi
sekarang.Pada waktu bumi mendingin, kerak terbentuk di permukaan, kemudian diikuti
oleh berkembangnya ukuran bumi.Saat berkembangnya bumi tersebut, kerak asli
mengalami retak dan membentuk benua-benua. Jika diasumsikan bahwa bumi
berkembang seperti balon yang mengembang, sedangkan benua yang asli secara
kasar memiliki ukuran yang sama, maka akan terbentuk kerak-kerak tambahan.
5. Teori kemagnetan purba (palaeomagnetism)
Palaeomagnetism
dapat diartikan sebagai kajian kemagnetan bumi sepanjang waktu geologi. Palaeomagnetism mengkaji arah medan
magnetbatuan pada waktu batuan tersebut terbentuk pada awalnya. Arah ini dapat
terjadi melalui cara sebagai berikut: saat batuan beku dan sedirnen terbentuk,
partikel magnet yang ada pada batuan tersebut memiliki arah dan dip yang sama
sebagai medan geomagnetik lokal pada saat batuan tersebut memadat. Kajian
terakhir menunjukkan bahwa batuan yang ada pada benua menunjukkan arah magnetik
lapangan yang bervariasi antara usia geologis satu dengan yang lain. Dengan
kata lain, kemagnetan purba memberikan arah ke mana posisi kutub magnetik bumi
yang dapat ditunjukkan pada waktu-waktu yang berbeda sepanjang sejarah geologi.
Kajian
kemagnetan menjadi penting, karena mendukung teori pergerakan benua pada skala
tertentu, dan mendukung pemikiran tentang pembentukan kerak samudera yang baru
secara terus-menerus.
6. Konsep pemekaran dasar samudera (the
concept of sea-floorspreading)
Diajukan oleh Harry Hess (1962) yang
merupakan pengembangan teori arus konveksi.Konsep ini merupakan dasar untuk
munculnya teori tektonik lempeng.Pada punggung-punggung tengah samudera, tempat
di mana arus konveksi muncul, terbentuk kerak baru yang menumpang di atas arus
konveksi yang berasal dari dalam mantel. Kerak ini akan diangkut hingga
mencapai jarak yang cukup jauh. Jika kerak ini mencapai palung, maka akantenggelam
atau turun kemudian masuk ke dalam mantel.
Pada
teori ini, yang bergerak adalah benua bersama lantai samudera.Keduanya
menumpang secara pasif di atas arus konveksi yang ada di dalam mantel.
7. Teori tektonik lempeng (the theory of
plate tectonics)
Teori
ini menghubungkan pemikiran tentang pemekaran dasar lautan dengan hipotesis
yang lebih tua, yaitu apungan benua.Teori ini mencakupan dua bagian sebagai
berikut.
Pertama, bagian geometris, yang memandang bahwa kulit bumi
memiliki mosaik lempeng, berupa lempeng benua dan lempeng samudera.Kerak bumi
mirip dengan kulit telur yang mengalami retakan pada sejumlah tempat.
Kedua, bagian kinematik, yang berhubungan dengan aspek
gerakan.Bagian-bagian Irtosfer yang bervariasi (lempeng), besar maupun kecil,
yang ukurannya bervariasi, bergerak relatif konstan; lempeng-lempeng ini
bergerak di atas zona yang "mobile" pada mantel bagian
atas.Zona "mobile" ini disebut dengan astenosfer.
Seperti
yang kita ketahui bersama, Negara kita, Indonesia adalah Negara
kepulauan Terbesar di dunia. 2/3 wilayah negara kita adalah berupa
lautan dengan sisanya berupa ribuan pulau yang saling sambung menyambung dari
Sabang sampai Merauke.Kurang lebih jumlah pulau di negara kita sekitar 12.000
pulau. Wow... Banyak banget kan. Nah, sekarang pernahkah pambaca sekalian
berpikir bagaimana cara pulau yang segitu banyaknya itu terbentuk ?
Jarang
dan mungkin tidak pernah terlintas dibenak pembaca sekalian bukan. Di lembaran
blog yang sederhana ini saya akan berusaha menjelaskan, mengenai proses
terbentuknya pulau-pulau di negara kita tercinta, Indonesia. "Negeri
1000 pulau" atau yang sering kita sebut pula "Zamrut
Khatulistiwa"
Pulau-pulau
tersebut terbentuk.Karena adanya aktivitas vulkanisme di bawah permukaan bumi,
maka hasil yang dapat dirasakan di permukaan Bumi adalah adanya lava. Lama
kelamaan lava tersebut memadat bertambah besar membentuk sebuah gunung >
deretan pegunungan > busur pulau. Proses seperti ini kita kenal
sebagai Island Arc dalam istilah geologi.
Pulau
Sulawesi : Pulau Sulawesi terbentuk akibat pertemuan lempeng Filipina,
Indo-Australia, Eurasia dan lempeng mikro lain di daerah tersebut.
Pulau
Irian Jaya dan Kalimantan : Keduanya memilki kesamaan proses
terbentuknya, mereka terbentuk dari pecahan super benua pada awal terbentuknya
permukaan bumi, sesuai teori Plate Tectonic yang menyebutkan bahwa
dahulu seluruh daratan di muka bumi ini adalah satu daratan yang maha luas
bernama Pangealalu terpecah menjadi dua yaitu Godwana(di Selatan) dan
Laurasia(di Utara). Seiring waktu berjalan kedua lempeng besar tersebut
terpecah-pecah kembali menjadi pecahan benua-benua seperti sekarang ini, Asia,
Afrika, Amerika, Australia, dulunya adalah satu pualu besar.Kalimantan sendiri
berada di atas lempeng benua Asia dan Irian Jaya termasuk di dalam lempeng
Australia.
Pulau-pulau
kecil, contonhnya Kep. Seribu dll : Proses terbentuknya pulau-pulau ini, sangat
sederhana dibanding yang lain. Mereka berasal dari endapan pecahan kerang,
koral dan binatang laut lainnya.Semakin lama semakin besar, dan akhirnya terbentuklah
sebuah pulau baru.
Adanya
pergerakan subduksi antara dua lempeng kemudian menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi dan parit samudera. Demikian pula subduksi antara lempeng
Indo-Australia dan lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung
berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung
berapi di sepanjang pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudera yang tak
lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Proses
terbentuknya lempeng
Tektonik
lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi
tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan
cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut
teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar.Ukuran dan
posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah.Pertemuan antara
lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik
yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan
dataran tinggi.
Tahun
1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan
tentang konsep pengapungan benua.Hipotesanya yaitu bumi pada awalnya hanya
terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan dikelilingi
oleh lautan yang dainamakan Panthalassa.Kemudian Pangaea ini pecah menjadi
benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti sekarang ini.Hal
ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan struktur
dan batuan antar benua.
Prinsip
umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku
yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung
bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan
hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat
bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit
yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer
yang liat dan sangat panas.Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang
tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera
sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari
kerak samudera.Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya
aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah
menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi.Dengan
demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.
Lempeng
litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng
Eurasia, Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia.
Lempeng-lempeng tersebut bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km
di dalam selubung dan bersifat kampir melebur atau hampir berbentuk cair).
Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng pada batas-batas
lempeng yang dapat berbentuk :
·
Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling
menjauh dan mengakibatkan material dari selubung naik membentuk lantai samudra
baru dan membentuk jalur magmatik atau gunung api.
·
Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati
dan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam
(menyusup) ke bawah yang lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman membentuk
suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat.
Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan
gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di
Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi
Sumatera, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan
seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan
Jawa Utara.
·
Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan
tanpa membentuk atau merusak litosfer. Hai ini dicirikan oleh adanya sesar
mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar San Andreas di Amerika.
Pendapat yang banyak
diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini adalah karena adanya arus
konveksi di dalam selubung atau mantel.Sebagai energi dalam hal ini adalah
panas bumi.Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi sepanjang waktu.Konveksi di dalam
bumi dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang mengkerut bila
mendingin.Hal ini berarti litosfer samudra lebih berat dari selubung di
bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik lempeng ini cukup kuat untuk
menendalikan mantel.
Pada awalnya ada dua benua besar di bumi ini yaitu
Laurasia dan Gondwana kemudian kedua benua ini bersatu sehingga hanya ada satu
benua besar (supercontinent) yang disebut Pangaea dan satu samudera luas atau
yang disebut Panthalassa (270 juta tahun yang lalu). Dari supercontinent ini kemudian terpecah lagi
menjadi Gondwana dan Laurasia (150 jt th yll) dan akhirnya terbagi-bagi menjadi
lima benua seperti yang dikenal dan ditempati oleh manusia sekarang.
Terpecah-pecahnya benua ini menghasilkan dua sabuk gunung api yaitu Sirkum
Pasifik dan Sirkum Mediteranean yang keduanya melewati Indonesia.
Mekanisme
penyebab terpecahnya benua ini bisa diterangkan oleh Teori Tektonik Lempeng
sebagai berikut :
1
Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh
adanya arus konveksi (convection current) dari mantle (lapisan di bawah kulit
bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini tidak teratur, bisa dibayangkan
seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air yang direbus. Terjadinya
arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif yang menimbulkan
panas.
2
Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling
bertemu bisa menghasilkan arus interferensi yang arahnya ke atas. Arus
interferensi ini akan menembus kulit bumi yang berada di atasnya. Magma yang
menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan membentuk gugusan
pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah permukaan laut
yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling berhubungan di muka
bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan MOR (Pematang
Tengah Samudera) dan merupakan tempat keluarnya material dari mantle ke dasar
samudera. MOR mempunyai ketinggian melebihi 3000 m dan lebarnya lebih dari 2000
km, atau melebihi ukuran Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di daerah
benua. MOR Atlantik (misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari lautan
Arktik melalui poros tengah samudera Atlantik ke sebelah barat Benua Afrika dan
melingkari benua itu di selatannya menerus ke arah timur ke Samudera Hindia
lalu di selatan Benua Australia dan sampai di Samudera Pasifik. Jadi keberadaan
MOR mengelilingi seluruh dunia.
3
Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di
pematang-pematang ini karena aliran material dari mantle. Batuan dasar samudera
yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke arah kedua sisi dari MOR karena
desakan dari magma mantle yang terus-menerus dan juga tarikan dari gaya gesek
arus mantle yang horisontal terhadap material di atasnya. Lambat laun kerak
samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus menjauh dari daerah
poros pematang dan ‘mengarungi’ samudera. Gejala ini disebut dengan Pemekaran
Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).
4
Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung
api serta palung Samudera yang memanjang di tepi-tepi benua merupakan fenomena
yang dapat dijelaskan oleh Teori Tektonik Lempeng yaitu dengan adanya proses
penunjaman (subduksi). Oleh karena peristiwa Sea Floor Spreading maka suatu
saat kerak samudera akan bertemu dengan kerak benua sehingga kerak samudera
yang mempunyai densitas lebih besar akan menunjam ke arah bawah kerak benua.
Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan terbentuk palung pada sepanjang
tepi paparan benua, dan juga akan terbentuk kepulauan sepanjang paparan benua
oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera yang menunjam ke bawah ini akan
kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan benua yang mempunyai densitas
sama atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material kerak samudera
dengan benua membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses mixing terjadi
pada kerak benua sehingga tidak akan lebih dalam dari 30 km di bawah permukaan
bumi). Karena sea floor spreading terus berlangsung maka magma hasil mixing
yang terbentuk akan semakin besar sehingga akan menerobos batuan-batuan di atasnya
sampai akhirnya muncul ke permukaan bumi membentuk deretan gunung api. Pergerakan Lempeng (Plate
Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan
antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi
dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis
lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple
junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.
1
Batas Divergen
Terjadi
pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart).Ketika
sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk
batas divergen.Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar
laut (seafloor spreading).Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan
terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua
lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic
Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari
utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan
Afrika dengan Benua Amerika.
2
Batas Konvergen
Terjadi
apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang
mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath
another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua
atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di
zona tunjaman inilah sering terjadi gempa.Pematang gunung-api (volcanic ridges)
dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
3
Batas Transform
Terjadi
bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar
ubahan-bentuk (transform fault).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar