Minggu, 19 April 2020

Lockdown Di Rumah Saja

Dirumah saja. 
"Tinggallah di rumah" kata seorang pemain sepak bola yang kaya, yang dipeluk istri dan anak-anaknya berlarian di kompleks rumah mereka yang bak istana. "Tinggallah di rumah", kata seorang politik yang lagi memilih Villa dari sekian banyak villa yang ia miliki untuk menghabiskan waktu.

Lockdown. Sudah dibilang supaya tetap tinggal di rumah tapi "orang-orang bodoh ini tidak mengerti", kata si Roy sambil menerima belanjaan online yang ia terima di depan pintu rumahnya dan membayar dengan kartu kredit.
Di daerah pinggiran, kompleks-kompleks yang tak terlihat, rumah-rumah 4X4 yang terbuat dari kardus dan karton, dimana dingin adalah dingin dan panas memeluk dengan kuat.
Bagi "rumah-rumah" itu, apa yang didapat kemarin adalah makanan hari ini. Tapi jika kemarin tidak mendapat apa-apa berarti tidak ada makanan untuk hari ini.
 Mereka mengetahui langkah-langkah menghindari virus tetapi mustahil untuk memenuhinya. Dengan rasa takut tapi tanpa sarana. Mereka mencoba untuk hidup, bertahan dan berjuang untuk hari ini.
Virus ini membuat kita tak sama.
Virus ini menunjukan banyaknya intoleransi dan apatisme dari orang-orang berpunya dalam massa rakyat terhadap orang miskin. "Tinggallah di rumah, supaya kita saling menjaga" : mereka ditudug dan diinterogasi.

Diluar ada virus, didalam ada kelaparan, wajah lesu dari anak-anak, kekecewaan, ketidakpastian dan keputusasaan.

Oleh: Nicolas Gonzalo Toloza (di adaptasi oleh Micky Soko, Khalid M Yusuf).

Minggu, 12 April 2020

Covid-19 Antara Kemanusiaan dan Perekonomian

Covid-19 Antara Kemanusiaan dan Perekonomian.

Bahwa Pemerintah lambat dalam mengantisipasi terhadap wabah Corona, Bukan rahasia umum lagi. Bahwa pemerintah mengalami kebingungan dan kelabakan dalam menangani penyebaran virus corona, semua mata juga melihatnya. Bahwa pada akhirnya pemerintah  pun melakukan tindakan-tindakan guna menangani jatuhnya korban dan mencegah meluasnya virus corona, ini juga sebuah fakta yang tidak bisa kita pungkiri.
Ada poin prinsipal yang bisa kita petik akan hikmah dan sekaligus  sebagai bahan perenungan bersama guna membangun rakyat dan bangsa ini dimasa mendatang. Poin tersebut berkaitan dengan unsur kemanusiaan dan perekononian.
Tentang kemanusiaan dan perekonomian, nampak jelas sekali adanya kebingungan dari banyak pihak, termaksud pemerintah itu sendiri mengenai mana dari kedua hal tersebut yang harus didahulukan dan di prioritaskan apakah "Kemanusiaan dulu atau Perekonimian dulu". Mirip antara kasus mana yang lebih dulu Ayam atau telur. Jika kita melakukan pendekatan linguistik (Ketatabahasaan), baik kemanusiaan dan perekonomian adalah kata sifat. karena kata sifat berarti keduanya adalah dampak. Dampak dari apa? dampak dari kata dasar, Manusia dan Ekonomi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah mahluk hidup yang berpikir. Sedangkan Ekonomi adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh mahluk hidup yang berpikir disepanjang hidup dan kehidupannya. Jadi jelas bahwa Manusia ada terlebih dahulu dibandingkan Ekonomi. Jika Manusia tidak ada maka Ekonomipun tidak ada. Sebenarnya ini adalah pelajaran dasar yang anak TK/Paud pun tahu. Tapi mengapa, pada saat merespon wabah virus corona mengalami kebingungan dalam hal menentukan prioritas.

Terima kasih...