Minggu, 19 April 2020

Lockdown Di Rumah Saja

Dirumah saja. 
"Tinggallah di rumah" kata seorang pemain sepak bola yang kaya, yang dipeluk istri dan anak-anaknya berlarian di kompleks rumah mereka yang bak istana. "Tinggallah di rumah", kata seorang politik yang lagi memilih Villa dari sekian banyak villa yang ia miliki untuk menghabiskan waktu.

Lockdown. Sudah dibilang supaya tetap tinggal di rumah tapi "orang-orang bodoh ini tidak mengerti", kata si Roy sambil menerima belanjaan online yang ia terima di depan pintu rumahnya dan membayar dengan kartu kredit.
Di daerah pinggiran, kompleks-kompleks yang tak terlihat, rumah-rumah 4X4 yang terbuat dari kardus dan karton, dimana dingin adalah dingin dan panas memeluk dengan kuat.
Bagi "rumah-rumah" itu, apa yang didapat kemarin adalah makanan hari ini. Tapi jika kemarin tidak mendapat apa-apa berarti tidak ada makanan untuk hari ini.
 Mereka mengetahui langkah-langkah menghindari virus tetapi mustahil untuk memenuhinya. Dengan rasa takut tapi tanpa sarana. Mereka mencoba untuk hidup, bertahan dan berjuang untuk hari ini.
Virus ini membuat kita tak sama.
Virus ini menunjukan banyaknya intoleransi dan apatisme dari orang-orang berpunya dalam massa rakyat terhadap orang miskin. "Tinggallah di rumah, supaya kita saling menjaga" : mereka ditudug dan diinterogasi.

Diluar ada virus, didalam ada kelaparan, wajah lesu dari anak-anak, kekecewaan, ketidakpastian dan keputusasaan.

Oleh: Nicolas Gonzalo Toloza (di adaptasi oleh Micky Soko, Khalid M Yusuf).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar