Sesar aktif di provinsi gorontalo
Gorontalo menjadi salah
satu daerah rawan bencana gempa bumi dan ecara tektonik berada di wilayah
pertemuan 2 lempeng besar, yakni lempeng Pasifik dan Eurasia serta
lempeng-lempeng mikro. Peta Geologi Gorontalo menunjukkan adanya struktur sesar
yang memotong wilayah kota Gorontalo. Adapun tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi keberadaan struktur sesar di wilayah Gorontalo dengan
menggunakan metode mekanisme bola fokus kejadian gempa bumi di wilayah daratan
Gorontalo periode 1963-2013 dengan sumber data dari katalog gempa bumi USGS,
Global Centroid Momen Tensor, dan BMKG. Analisis bola fokus menunjukkan adanya
3 daerah dugaan sesar aktif, dengan tipe sesar cenderung oblique, dengan
panjang 24,54 km sampai 27,54 km dan lebar rupture 8,51 km sampai 9,22 km.
Hasil analisis ini juga mendeteksi adanya satu daerah dugaan sesar aktif yang
tidak teridentifikasi pada peta geologi.
Struktur-struktur sesar tersebut akan di uraikan
lebih lanjut berdasarkan perioda pembentukan sesar, sebagai kontrol geologi dan
pemunculan manifestasi panas bumi yaitu:
a) Sesar Lombongo
Berarah
baratlaut-tenggara sampai barat-timur, pada periode awal merupakan zona lemah
yang membentuk pola sebaran batuan plutonik tersier. Sesar tertua ini dicirikan
dengan tersingkapnya batuan plutonik tersier, dimana pada citra landsat
terlihat jelas batuan plutonik dibatasi oleh sesar ini yang memanjang sampai
bagian barat.
b) Sesar Gorontalo
Berarah baratlaut -
tenggara (N330ºE), membentuk fault trap tempat terakumulasinya
endapan danau yang tersingkap jelas pada bagian barat. Fault
trap yang dihasilkan oleh sesar gorontalo membentuk zona depresi berarah
barat-timur sebagai proses yang mengikuti berkembangnya sesar Gorontalo ini.
Beberapa sesar yang terbentuk akibat zona depresi antara lain adalah sesar
Libungo yang membatasi pemunculan mata air panas Libungo. Sesar ini sangat
berperan sebagai kontrol pemunculan manifestasi panas bumi Libungo serta
kondisi geologi sebagai produk akhir dari aktivitas G. Pinogoe berumur Kuarter
bawah.
c) Sesar Libungo
Sesar Libungo terbentuk
pada periode kedua mengikuti perkembangan sesar Gorontalo dan merupakan sesar
normal pada zona kelurusan lanjutan sesar Limboto di bagian barat. Berarah
barat–timur yaitu searah aliran sungai Bone dan merupakan bidang graben bagian
selatan dengan blok selatan sebagai blok yang relatif naik. Sesar ini di
lapangan tidak muncul ke permukaan akibat tertimbun oleh endapan yang lebih
muda, akan tetapi dari bentuk aliran sungai yang berubah-ubah mencirikan
keberadaan sebuah struktur sesar.
d) Sesar normal Pangi
Sesar Pangi yang
terbentuk pada periode kedua ini diperkirakan sesar normal yang berarah
timur-barat, dimana blok sebelah selatan relatif naik terhadap blok bagian
utara yang dicirikan oleh perbedaan topografi serta pembelokan sungai sepanjang
bidang geser. Indikasi lain terdapat pada kekar gerus, bentuk topografi,
penorehan perbukitan akibat gaya gerak dari pembentukan sesar ini, disamping
itu juga adanya breksiasi batuan dijalur patahan tersebut dan diperkirakan
terbentuk pada periode yang sama.
f) Sesar Duano
Sesar Duano ini
diperkirakan terbentuk pada periode ketiga dimana gaya utama yang berperan
adalah gaya dari penunjaman Sangihe Timur. Sesar ini merupakan sesar normal
berarah barat laut-tenggara (N330oE) dimana blok bagian timur
relatif turun terhadap blok bagian barat. Indikasi di lapangan adalah gawir
patahan, kekar gerus, pemunculan batu gamping kristalin dan bentuk topografi
yang menyolok serta zona hancuran/rekahan yang memunculkan mata air dingin yang
terdapat disepanjang sesar di lokasi ini. Disamping sesar primer yang terdapat
didaerah ini banyak pula terbentuk sesar sekunder (secondary/minor fault) yang
secara umum arahnya agak berlawanan dan ada pula yang hampir sejajar dengan
sesar utama ini atau N 300 oE.
g) Sesar Lombongo periode lanjut
Sesar ini juga
merupakan sesar utama yang berposisi di bagian timur atau sebelah utara sungai
Bone yang pada periode awal merupakan zona lemah munculnya batuan plutonik.
Pada periode keempat terjadi gaya penunjaman Sulawesi Utara dan Sangihe Timur
serta resultan dari kedua gaya tersebut, zona ini terejuvenasi menjadi sesar
normal. Gejala-gejala pemunculan di lapangan diindikasikan dari adanya pola
kekar gerus, slickenside, dan gawir (setempat-setempat)
maupun triangular facet.
h) Sesar Batunobatuo
Sesar utama Batunobatuo
yang merupakan sesar normal menganan terdapat dibagian selatan daerah
penelitian dengan arah N 330 oE. Indikasi di lapangan terdapat jurus
kekar gerus pada singkapan batuan, disamping adanya gejala penorehan
bukit, triangular facet dan pengekaran.
i) Sesar Biluango
Sesar Biluango ini
diperkirakan sesar mendatar mengiri yang memotong batuan vulkanik tua dengan
arah baratlaut–tenggara atau N 345 oE yang terdapat dibagian
baratdaya daerah penelitian. Sesar ini diperkirakan terbentuk oleh gaya
penunjaman Sangihe Timur bagian selatan dimana arah tegasan utamanya baratlaut
- tenggara. Pemunculannya di lapangan ditunjukkan dengan adanya gawir dan kekar
gerus. Indikasi lainnya adalah triangular facet dan zona hancuran.
j) Sesar Tapadaa
Berarah hampir
utara-selatan, dimana blok barat relatif naik terhadap blok bagian timur. Sesar
Tapadaa ini dicirikan dengan ditemukan banyak gawir patahan, kekar gerus,
slicken side, bentuk topografi dan mineralisasi dan breksiasi pada kontak
batuan tua dengan diorit. Hal ini sebagai pertanda sebuah sesar berarah hampir
utara – selatan, yang searah dengan aliran sungai besar Tapadaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar