|
Jambura Geoscience Review (xxxx) x (x):
pp-pp
|
||
|
|
Jambura Geoscience Review
P-ISSN: 2623-0682
Journal homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jgeosrev
|
|
Persebaran Lahan Kritis di
Kabupaten Banggai Menggunakan
Pendekatan Sistem Informasi Geografis
Indrawana,
Yusran Husaina
a Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan
Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Gorontalo, 96128 Indonesia
|
INFO
ARTIKEL
|
|
ABSTRAK
|
|
Status
artikel:
Diterima: ...............
Disetujui: .............
Tersedia online: ...............
|
The existence of land is an important aspect in
the lives of humans and other living things. However, the problem of forest
and land damage continues to occur and experience an increase resulting in
land becoming critical. Therefore, information about the distribution of
critical land is very important for determining policies so that the quality
of the land can be maintained properly. The aim of the study was to provide
comparative data for the government and local communities about the
distribution of critical land in Banggai District using the Geographic
Information System (GIS) method. Land in Banggai Regency is still dominated
by uncritical land. Therefore this is a good thing and needs to be improved
in terms of land management. The use of the Geographic Information System
method in providing information about the distribution of critical land has
advantages such as processing data that is relatively easier than other
methods (such as field surveys). But there are also shortcomings of the
methods used in this method, which
is the accuracy of the data produced which may
not be accurate enough to do more detailed mapping.
|
|
|
Kata kunci:
Persebaran
Lahan Kritis
SIG
Manajemen Lahan
Metode
Survey Lapangan
|
||
|
Penulis korespondensi:
Indrawan
Program
Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo, 96128
Indonesia
Email: indrawan.280299@gmail.com
|
1. Pendahuluan
Keberadaan lahan merupakan
aspek penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.Akan tetapi
persoalan kerusakan hutan dan lahan terus terjadi dan mengalami peningkatan
sehingga mengakibatkan lahan menjadi kritis. Dalam Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 52/KptsII/2001 tentang pedoman penyelenggaraan pengelolaan Daerah Aliran
Sungai dijelaskan bahwa lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami
kerusakan sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai
dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata air. Dari
tahun 2006 sampai tahun 2010 jumlah luas lahan kritis di Indonesia mengalami
peningkatan dari 77.806.880,78 Ha pada tahun 2006 dan tahun 2010 bertambah
menjadi 82.176.443,64 Ha serta upaya pemerintah untuk melakukan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (RHL) juga semakin meningkat, pada tahun 2010 pemerintah mampu
melakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) sebesar 1.124.512 Ha yaitu 157.588
Ha dalam kawasan hutan dan 966.924 Ha untuk lahan di luar hutan (Direktorat
Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutani Sosial, Statistik
Kehutanan, 2011).
Lahan kritis didefinisikan
sebagai lahan yang mengalami proses kerusakan fisik, kimia dan biologi karena
tidak sesuai penggunaan dan kemampuannya, yang akhirnya membahayakan fungsi
hidrologis, orologis, produksi pertanian, permukiman dan kehidupan sosial
ekonomi dan lingkungan (Puslittanak, 1997). Lahan kritis merupakan lahan atau
tanah yang saat ini tidak produktif karena pengelolaan dan penggunaan tanah
yang tidak atau kurang memperhatikan syarat-syarat konservasi tanah dan air,
sehingga lahan mengalami kerusakan, kehilangan atau berkurang fungsinya sampai
pada batas yang telah ditentukan atau diharapkan (Romenah, dkk., 2010). Secara
umum lahan kritis merupakan salah satu indikator adanya degradasi lingkungan
sebagai dampak dari berbagai jenis pemanfaatan sumber daya lahan yang kurang
bijaksana (Nugroho dan Prayogo, 2008).
Ciri utama lahan kritis
adalah gundul, terkesan gersang dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan
tanah dan pada umumnya terletak di wilayah dengan topografi lahan berbukit atau
berlereng curam (Prawira, dkk., 2005; Herdiana, 2008). Tingkat produksi rendah
yang ditandai oleh tingginya tingkat keasaman, rendahnya unsur hara (P, K, Ca,
dan Mg), rendahnya kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan kandungan bahan
organik, serta tingginya kadar Al dan Mn yang dapat meracuni tanaman dan peka
terhadap erosi.
Selain itu pada umumnya
lahan kritis ditandai dengan vegetasi alang-alang dan memiliki pH tanah relatif
rendah yaitu 4,8 hingga 5,2 karena mengalami pencucian tanah yang tinggi serta
ditemukan rhizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam
budidaya tanaman (BP DAS Tondano, 2011). Tujuan dari penelitian
adalah untuk menyediakan data pembanding bagi pemerintah dan masyarakat
setempat tentang persebaran lahan kritis di Kabupaten Banggai menggunakan
metode Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.
Metodologi
2.1 Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
Kabupaten Banggai terletak antara 112023’ –
124020’ Bujur Timur dan 0030’ – 2020’ Lintang Selatan dengan luas wilayah
9.672,70 km2. Secara administratif Kabupaten Banggai berbatasan dengan:
1) Teluk Tomini di sebelah Utara
2) Laut Maluku di sebelah Timur
3) Kabupaten Banggai Kepulauan di sebelah Selatan
4)
Kabupaten Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali di sebelah Barat.
Jika di lihat dari Kontek Provinsi Sulawesi
Tengah, Kabupaten Banggai berada pada bagian timur tepat dipesisir pulau
Sulawesi. Dilihat dari posisinya Kabupaten Banggai dapat berperan sebagai
penghubung antara banggai Kepulauan dengan wilayah lain diwilayah Sulawesi
Tengah. Jarak antara ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan
Kabupaten lain di Sulawesi Tengah.
Luas wilayah Kabupaten Banggai adalah berupa
daratan seluas 9.672,70 Km2. Hingga akhir 2011, wilayah administrasi Kabupaten
Banggai berkembang menjadi 18 kecamatan, 46 kelurahan, 291 desa dan 2 Unit
Pemukiman Transmigrasi (UPT).

Gambar 2.1 Peta
administrasi Kabupaten Banggai (Pemerintah Kabupaten Banggai)
2.1.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
berlangsung dari bulan November hingga Desember 2018.
2.3 Data Penelitian
Data penelitian diperoleh dari Peta Lahan Kritis
Sulawesi skala 1:50.000 tahun 2016 oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan
Hidup dan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000 tahun 2010 oleh Badan
Informasi Geospasial.
2.4 Teknik Pengolahan
Data
Pengolahan data dilakukan
dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu dengan metode Clipping Peta Lahan Kritis Sulawesi
skala 1:50.000 tahun 2016 oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
dengan wilayah administrasi Kabupaten Banggai yang didapatkan dari Peta Rupa
Bumi Indonesia skala 1:50.000 tahun 2010 oleh Badan Informasi Geospasial untuk
mendapatkan Peta Persebaran Lahan Kritis di Kabupaten Banggai.
Sedangkan
untuk luasan kategori lahan dihitung dengan menggunakan metode Calculate Geometry. Calculate Geometry merupakan
salah satu metode perhitungan luasan area yang dilakukan dengan mengubah sistem
koordinat area tersebut (dalam ekstensi shp.) dari koordinat geografis ke
koordinat UTM untuk mendapatkan luasan area yang akurat.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil

Gambar 3.1 Peta Persebaran Lahan
Kritis di Kabupaten Banggai
Tabel 3.1 Luasan Per Kategori Lahan
di Setiap Kecamatan
|
Nama Kecamatan
|
Luas Kondisi Lahan (Ha)
|
||||
|
Tidak Kritis
|
Potensial Kritis
|
Agak Kritis
|
Kritis
|
Sangat Kritis
|
|
|
Balantak
|
13.244,21
|
|
250,45
|
|
|
|
Balantak Utara
|
28.813,66
|
|
|
|
|
|
Balantak Selatan
|
7.261,09
|
|
|
|
|
|
Batui
|
60.330,01
|
|
|
|
|
|
Batui Selatan
|
48.914,94
|
|
|
|
|
|
Bualemo
|
79.954,17
|
1.407,14
|
4.497,60
|
|
|
|
Bunta
|
57.181,66
|
516,06
|
|
|
|
|
Kintom
|
36.654,70
|
591,58
|
|
|
|
|
Lamala
|
15.715,01
|
|
84,70
|
|
|
|
Lobu
|
6.053,04
|
309,48
|
511,75
|
|
5,05
|
|
Luwuk
|
6.206,33
|
|
|
|
|
|
Luwuk Selatan
|
15.421,22
|
|
|
|
|
|
Luwuk Timur
|
20.054,24
|
|
|
|
|
|
Luwuk Utara
|
20.501,16
|
|
|
|
|
|
Mantoh
|
17.564,69
|
|
723,86
|
|
|
|
Masama
|
17.191,74
|
|
|
|
|
|
Moilong
|
6.618,34
|
|
|
|
|
|
Nambo
|
15.095,40
|
2.292,09
|
|
|
|
|
Nuhon
|
97.980,29
|
1.120,29
|
|
24,76
|
|
|
Pagimana
|
69.056,49
|
2.126,71
|
4.694,92
|
|
1.230,53
|
|
Simpang Raya
|
22.188,12
|
634,95
|
|
|
|
|
Toili
|
52.296,14
|
|
|
2.812,89
|
3.418,40
|
|
Toili Barat
|
48.049,31
|
|
983,41
|
3.550,55
|
|
|
Total
|
|
|
|
|
|
3.2 Pembahasan
Dari data diatas dapat diketahui bahwa daerah yang belum mempunyai
lahan potensial kritis adalah Kecamatan Balantak Utara, Balantak Selatan,
Batui, Batui Selatan, Luwuk, Luwuk Selatan, Luwuk Timur, Luwuk Utara, Masama
dan Moilong. Daerah yang memiliki lahan potensial kritis adalah Kecamatan
Pagimana (2.126,71), Bualemo (1.407,14 Ha), Bunta (516,06 Ha), Kintom (591,58),
Lobu (309,48), Nambo (2.292,09), Nuhon (1.120,29), dan Simpang Raya (634,95).
Daerah yang memiliki lahan agak kritis adalah Kecamatan Balantak (250,45 Ha),
Bualemo (4.497,60 Ha), Lamala (84,70 Ha), Lobu (511,75 Ha), Mantoh (723,86 Ha),
Pagimana (4.694,92 Ha), dan Toili Barat (983,41 Ha). Daerah yang memiliki lahan
kritis adalah Kecamatan Nuhon (24,76 Ha), Toili (2.812,89 Ha) dan Toili Barat (3.550,55
Ha). Daerah yang memiliki lahan yang sangat Kritis adalah Kecamatan Lobu (5,05
Ha), Pagimana (1.230,53 Ha) dan Toili (3.418,40 Ha).
Kelebihan dari metode
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pengolahan data yang
relatif lebih mudah dari metode lainnya (seperti survey lapangan). Namun
terdapat pula kekurangan dari metode yang digunakan dalam metode ini yaitu
akurasi dari data yang dihasilkan yang mungkin belum cukup akurat untuk
melakukan pemetaan yang lebih detail. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi
data pembanding bagi pemerintah dan masyarakat setempat dalam perencanaan yang
menyangkut dengan pemanfaatan lahan. Metode ini juga sangat bergantung pada
kesediaan data pendukung lainnya.
4. Kesimpulan
Lahan
di Kabupaten Banggai masih di dominasi oleh lahan tidak kritis. Oleh karena itu
ini merupakan hal yang baik dan perlu ditingkatkan dalam hal manajemen lahan.
Penggunaan metode Sistem Informasi Geografis dalam memberikan informasi tentang
persebaran lahan kritis mempunyai kelebihan antara lain adalah pengolahan data
yang relatif lebih mudah dari metode lainnya (seperti survey lapangan). Namun
terdapat pula kekurangan dari metode yang digunakan dalam metode ini yaitu
akurasi dari data yang dihasilkan yang mungkin belum cukup akurat untuk
melakukan pemetaan yang lebih detail.
5. Ucapan Terima Kasih
Pertama-tama kami ingin
mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
segala nikmat dan rahmat yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian
ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami ucapkan kepada Bapak Rahmat
Lahay S.Pd., M.Si., Selaku dosen pengampu mata kuliah Geografi Lingkungan dan
Sumberdaya yang telah memberi kami bimbingan selama penelitian, kami juga
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak Laboratoriun Geografi
Universitas Negeri Gorontalo yang telah menyediakan faslitas dan data pendukung
untuk penelitian ini dan untuk semua pihak yang telah membantu penyelesaian
penelitian ini yang kami tidak dapat sebutkan satu persatu, kami ucapkan terima
kasih.
Referensi
Balai
Pengelolaan DAS Tondano. (2011). Data Spasial Lahan Kritis Kabupaten Kepulauan Sangihe. Manado
Departemen
Kehutanan. (1998). Parameter Penentu Kekritisan Lahan. Departemen Kehutanan. SK Dirjen RRL No.041/Kpts/V/1998. Jakarta.
Herdiana, D. (2008). Identifikasi
Lahan Kritis dalam Kaitannya
dengan Penataan Ruang dan Kegiatan
Rehabilitasi Lahan di Kabupaten Sumedang. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Nugroho, S.P. dan Prayogo,
T. (2008). Penerapan SIG untuk Penyusunan
dan Analisis Lahan Kritis pada Satuan Wilayah
Pengelolaan DAS Agam Kuantan, Provinsi Sumatera
Barat. Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Jakarta.
Prawira, A.Y., Wikantika, K.
dan Hadi, F. (2005). Analisis Lahan
Kritis di Kota Bandung Utara Menggunakan Open Source GRASS. Prosiding PIT MAPIN XIV. Bogor.
Puslittanak. (1997). Panduan
Pemetaan Lahan Kritis. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Romenah, Eko Tri Rahardjo
dan Asih Priati. (2010). Lahan Potensial
dan Lahan Kritis. Materi Kuliah. Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lampiran
Tabel Pembagian Tugas dalam Penyusunan Artikel
|
Indrawan
|
Yusran Husain
|
|
Pengolahan data
Penyusunan metode
Penyusunan hasil dan
kesimpulan
|
Penyusunan latar
belakang artikel
Pencarian teori
pendukung
Pencarian penelitian-penelitian
terkait
|

Tidak ada komentar:
Posting Komentar