Bab 1
Pendahuluan
1.1 latar belakang
Pembelajaran secara sederhana dapat
diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual
seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran
akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas
peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran
berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru,
sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.
Pembelajaran harus menghasilkan
belajar pada peserta didik dan harus
dilakukan suatu perencanaan yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah
satu penerapan strategi pembelajaran diantara strategi-strategi pembelajaran
yang lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi kepada peserta
didik. Kalau diperhatikan, perbedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sepele,
tetapi telah menggeser paradigma pendidikan, pendidikan yang semula lebih
berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) telah
berpindah kepada konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan
yang orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya).
dilakukan suatu perencanaan yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah
satu penerapan strategi pembelajaran diantara strategi-strategi pembelajaran
yang lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi kepada peserta
didik. Kalau diperhatikan, perbedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sepele,
tetapi telah menggeser paradigma pendidikan, pendidikan yang semula lebih
berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) telah
berpindah kepada konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan
yang orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya).
Pembelajaran merupakan
suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu
dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, guru,
siswa, pendekatan, materi, metode, media dan evaluasi. Pelaksanaan
pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga
tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh
karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana
perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum. Komponen
pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu
sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Dalam
pelaksanaan sebuah pembelajaran komponen-komponen pembelajaran memang sangat
penting sekali, tanpa komponen pemebelajaran maka proses pembelajaran tidak
akan berjalan. Masing – masing komponen akan selalu berinteraksi dan
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam menentukan
bahan pembelajaran, maka akan merujuk pada tujuan yang telah ditentukan, serta
bagaimana materi tersebut akan disampaikan dan memerlukan strategi yang tepat
yang didukung oleh media yang sesuai. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas
mengenai komponen – komponen pembelajaran yakni tujuan, guru, siswa,
pendekatan, materi, metode, media, dan evaluasi.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa Pengertian Komponen Pembelajaran ?
b.
Bagaimana Komponen-Komponen Dalam Pembelajaran ?
c. Apa Hubungan antar
komponen pembelajaran ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian Komponen
Pembelajaran.
b. Untuk mengetahui Komponen-Komponen
Dalam Pembelajaran.
c. Untuk mengetahui
Hubungan antar
komponen pembelajaran.
1.4
Manfaat
a.
Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian Komponen Pembelajaran.
b.
Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian Komponen Pembelajaran.
c.
Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian Komponen Pembelajaran.
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Komponen
Pembelajaran
Interaksi merupakan ciri utama dari
kegiatan pembelajaran, baik antara yang belajar dengan lingkungan belajarnya,
baik itu guru, teman- 12 temannya, tutor, media pembelajaran, atau
sumber-sumber belajar yang lain. Ciri lain dari pembelajaran adalah yang berhubungan
dengan komponen-komponen pembelajaran. Sumiati dan Asra (2009: 3)
mengelompokkan komponen-komponen pembelajaran dalam tiga kategori utama, yaitu:
guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen
utama melibatkan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan
lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang
memungkinkan terciptanya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Komponen
merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses pembelajaran. Komponen pendidikan berarti
bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil atau
tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya
proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen
pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang mendekatkan materi yang
dipelajari oleh siswa dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Jika
dilaksanakan dengan baik pembelajaran konstektual dapat meningkatkan makna
pembelajaran ini pada gilirannya menimbulkan hasil belajar siswa, baik hasil
belajar yang berupa kemampuan dasar maupun kemampuan fungsional. Pendekatan
pembelajaran konstektual memerlukan guru yang gemar mempelajari konteks untuk
dikaitkan dengan materi pelajaran yang diajarkan.
2.2 Komponen-Komponen
Dalam Pembelajaran
Tujuan
Pembelajaran Hermawan (2008: 9.4) Tujuan pembelajaran merupakan rumusan
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat
dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Hermawan (2008: 1.17. Tujuan yang
jelas akan memberi petunjuk yang jelas terhadap pemilihan materi/bahan ajar,
strategi, media, dan evaluasi. Berkaitan dengan tujuan pembelajaran terjadi
pertentangan pendapat tentang tujuan pembelajaran, ada sebagian ahli menyatakan
tujuan pembelajaran merupakan proses dan sebagian menyatakan tujuan haruslah
menggambarkan hasil belajar bukan prosesnya. Terlepas dari pertentangan
pendapat bahwa tujuan sebagai proses atau tidak, tujuan pembelajaran tidak
dapat melepaskan diri dari tuntunan dan kebutuhan masyarakat, serta didasari
atas falsafah dan ideologi suatu negara. Hal ini dapat dimengerti sebab upaya
pendidikan itu sendiri merupakan subsistem dalam sistem masyarakat dan negara
sehingga kekuatan-kekuatan sosial, politik,budaya. Ekonomi sangat berperan
dalam penentuan tuajuan pembelajaran terutama tujuan pendidikan yang sifatnya
lebih umum. Menurut Bloom, dkk. Tujuan pembelajaran (proses belajar-mengajar)
dapat dipilah menjadi tujuan yang bersifat kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), psikomotorik (ketrampilan). Derajat pencapaian tujuan ini merupakan
indikator kualitas pencapaian tujuan dan hasil perbuatan belajar siswa. Tujuan
merupakan fokus utama dari kegiatan belajar-mengajar.
2.
Guru
Winataputra (2007: 1.20. Menurut
pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan istilah lainnya yang
sesuai dengan kekhususannya yang juga berperan dalam pendidikan.
Hermawan, dkk (2008: 9.4) Guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Untuk guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis dan inovatif.
Hermawan, dkk (2008: 9.4) Guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Untuk guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis dan inovatif.
Pembelajaran pada haikatnya adalah
proses sebab-akibat. Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya
proses pembelajaran siswa, meskipun tidak semua belajar siswa merupakan akibat
guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figur sentral harus mampu
menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya
perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan efesien. Guru hendaknya
dalam mengajar harus memperhatikan kesiapan, tingkat kematangan, dan cara
belajar siswa.Kiranawati, wijianta@gmail.com. Peran Guru dalam proses belajar
mengajar :
·
memperhatikan dan bersikap positif;
·
mempersiapkan baik isi materi pelajaran
maupun praktek pembelajarannya;
·
memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap
siswanya;
·
memiliki sensitivitas dan sadar akan
adanya hubungan antara guru, siswa, serta
tugas masing-masing;
tugas masing-masing;
·
konsisten dan memberikan umpan balik
positif kepada siswa.
3.
Siswa Lussy (www.lussy.blogspot) Peserta didik adalah semua individu yang
menjadi audiens dalam suatu lingkup pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta
didik ini mengikuti skup/ruang lingkup dimana pembelajaran dilaksanakan,
diantaranya : siswa untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa
untuk jenjang pendidikan tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat. Peserta
didik adalah masukan mentah (raw input) dalam sebuah proses pembelajaran yang
harus dithreat agar output dan outcomesnya sesuai dengan yang dicanangkan
institusi (khususnya) dan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya.
Hermawan, dkk (2008: 9.4). Siswa
sebagai peserta didik merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan pencapaian tujuan banyak tergantung kepada kesiapan dan cara
belajar yang dilakukan siswa. Harryanto (1997:http://one.indoskripsi.com) Hal
ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the
teaching and learning process, so they have to be involved in almost all the
phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.”
Udin S. Winataputra (2007: 1.20,
Teori Belajar dan Pembelajaran). Menurut Pasal 1 butir 4 UU Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang trsedia pada jalur,
jenjang dan pendidikan tertentu. Siswa atau peserta didik merupakan subyek
utama dalam pembelajaran dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
dibuat sebagai acuan kegiatan belajar-mengajar.
4.KegiatanPembelajaran
Winataputra (2007: 1.2) Kegiatan
Pembelajaran pada dasarnya mengacu pada Pendekatan Mengajar, Metode, Materi,
Media.
a).
Pendekatan Mengajar
Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dari
pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam
strategi pembelajaran. Hermawan, dkk (2008: 1.23) Strategi pembelajaran pada
hakikatnya merupakan tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran
melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien.
Wina Senjaya (2008) (Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Banyak pendapat mengenai berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyampaian materi/bahan ajar. Richard Anderson (Sudjana, 1990) dalam Hermawan, dkk, 2008 mengajukan dua pendekatan, yaitu:
Pendekatan berorientasi pada guru (teacher centered), Tipe Otokratis Pendekatan ini biasa disebut sebagai model ekspositori atau model Informasi karena guru lebih dominan. Pendekatan berorientasi pada siswa (student centered), Tipe demokratis. Pendekatan ini biasa disebut model Inquiry atau Problem solving karena kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa dan siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
Pemilihan strategi atau pendekatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, materi/bahan ajar, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
b). Metode Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Metode adalah “a way in achieving something” ” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Asep Herry Hermawan, dkk (2008: 11.11-11.13, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran). Metode pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan materi, memberi contoh dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu sebagai seorang guru haruslah mampu memilih metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ada berbagai metode pembelajaran, yaitu metode diskusi, metode ceramah, metode demonstrasi, metode studi mandiri, metode simulasi, metode latihan dengan teman, metode studi kasus, metode proyek, metode praktikum. Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan lebih dari satu metode, maksudnya dapat digunakan variasi metode dalam pembelajaran.
Wina Senjaya (2008) (Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Banyak pendapat mengenai berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyampaian materi/bahan ajar. Richard Anderson (Sudjana, 1990) dalam Hermawan, dkk, 2008 mengajukan dua pendekatan, yaitu:
Pendekatan berorientasi pada guru (teacher centered), Tipe Otokratis Pendekatan ini biasa disebut sebagai model ekspositori atau model Informasi karena guru lebih dominan. Pendekatan berorientasi pada siswa (student centered), Tipe demokratis. Pendekatan ini biasa disebut model Inquiry atau Problem solving karena kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa dan siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
Pemilihan strategi atau pendekatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, materi/bahan ajar, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
b). Metode Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Metode adalah “a way in achieving something” ” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Asep Herry Hermawan, dkk (2008: 11.11-11.13, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran). Metode pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan materi, memberi contoh dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu sebagai seorang guru haruslah mampu memilih metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ada berbagai metode pembelajaran, yaitu metode diskusi, metode ceramah, metode demonstrasi, metode studi mandiri, metode simulasi, metode latihan dengan teman, metode studi kasus, metode proyek, metode praktikum. Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan lebih dari satu metode, maksudnya dapat digunakan variasi metode dalam pembelajaran.
5.
Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan untuk
menilai pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil dari kegiatan evaluasi
dapat digunakan sebagai umpan balik (feedback) untuk melaksanakan perbaikan
dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang digunakan,
pemilihan media, pendekatan pengajaran, dan metode dalam
pembelajaran. Mustikasari, (http://edu-articles.com ). Dalam Permen No. 41
tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran
dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup
tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan
dengan cara:
Membandingkan
poses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses
Mengidentifikasi
kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru Sesungguhnya,
dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran,
assessment dan evaluasi.
Pengukuran
atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif,
bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran ini, antara
lain adalahsebagai berikut:
1).
tujuan pengukuran,
2).
ada objek ukur,
3).
alat ukur
4). proses pengukuran,
5). hasil pengukuran
kuantitatif.
b. asesmen (assessment) adalah kegiatan
mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau
membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
c. evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa
Inggeris evaluation yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat
diartikan sebagai penilaian.
Komponen-komponen
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses
mendidik minimal terdiri dari 6 komponen. Berikut akan kami uraikan satu
persatu komponen-komponen tersebut.
1. Tujuan pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar
maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku
manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan
pada tindakan pendidikan didasari pada ilmu pendidikan yang normatif dan
praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah; norma-norma atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan
atau pendidik maupun guru ialah menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan
yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga
pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.
2. Peserta didik
Siswa atau Murid biasanya digunakan
untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam
konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti
bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu
dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar
belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa,
sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau
kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu
perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.
Perkembangan konsep pendidikan yang
tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada
pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri
dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan
termasuk juga didalamnya orang dewasa.
Sehubungan dengan persoalan anak
didik disekolah Amstrong (1981) mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang
harus dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah
latar belakang budaya masyarakat peserta didik? Bagaimana tingkat kemampuan
anak didik? Hambatan-hambatan apakah yang dirasakan anak didik disekolah? Dan
bagaimana penguasaan anak didik disekolah? Berdasarkan persoalan tersebut perlu
diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus
pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tanggung jawab pada
anak didik.
3. Guru/pendidik disekolah
Kata Guru berasal dari bahasa
Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi arti
harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
Guru sebagai pendidik disekolah yang
secara langsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau
masyarakat untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai
pendidik dituntut mementuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan
pribadi maupun persyaratan jabatan.
Di dalam masyarakat, dari yang
paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting. Guru
merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat.
Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu
pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola
kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Orang tua dan lingkungan masyarakat
Kedudukan orang tua sebagai
pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Arinya
orang tua sebagai pendidik utama dan berlandaskan pada cinta-kasih keluarga
atau anak yang lahir dari lingkungan keluarga mereka.
Selain orang tua dan guru, pemimpin
masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin
masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan
pembinaan atau bimbingan. Pemimpin keagamaan sebagai pendidik, tampak pada
aktifitas kerohanian manusia.
5. Interaksi edukatif pendidik dan anak didik
Proses pendidikan bisa terjadi
apabila terdapat interaksi antara komponen-komponen pendidikan. Terutama
interaksi antara pendidik dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang
dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkn berupa tindakan berdasarkan
kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode pendidikan.
Metode pembelajaran adalah cara yang
dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan
baik, metode-metode tersebut antara lain :
a. Metode Ceramah
Metode
ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan
secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
b. Metode Tanya Jawab
Metode
Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan
kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan
guru menjawab pertanyaan murid itu .
c. Metode Diskusi
Metode
diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan
peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik
bahasan yang bersifat problematis.
d. Metode Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan.
e. Metode
Eksperimen
Metode eksperimen
adalah metode atau cara di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu
latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
6. Isi pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang
erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu
disampaikan kepada peserta didik isi yang biasanya disebut kurikulum dalam
pendidikan formal.
Secara etimologis, kurikulum (
curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya “pelari” dan curere
yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis, istilah
kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah.
Pengertian kurikulum secara luas
tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan
belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses
belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai.
Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan
dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak
bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
2.3 Hubungan antar komponen pembelajaran
Dari semua komponen pembelajaran,
antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan saling
keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan,
sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tidak hanya
berfungsi sebagai pelaksana kurikulum, guru juga sebagai pengembang kurikulum.
Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak.
Setelah guru mempelajari kurikulum
yang berlaku, selanjutnya membuat suatu desain pembelajaran dengan
mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan yang hendak
dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang akan
diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan
unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau
pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru
bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya
implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini
akan memberikan dampak bagi guru dan siswa.
Bagi setiap guru, dituntut untuk
memehami masing-masing metode secara baik. Dengan pemilihan dan penggunaan
metode yang tepat untuk setiap unit materi pelajaran yang diberikan kepada
siswa,maka akan meningkatkan proses interaksi belajar-mengajar. Siswa juga akan
memperoleh hasil belajar yang efektif dan mendapatkan kesempatan belajar yang
seluas-luasnya. Jika ada salah satu komponen pembelajaran yang bermasalah, maka
proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan baik .
Bab
III
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Komponen
merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses pembelajaran. Komponen pendidikan berarti
bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil atau
tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya
proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. Komponen-komponen
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses
mendidik minimal terdiri dari 6 komponen
3.2 Saran
Dalam
penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan di harapkan untuk kedepannya
dapat lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Dimyati,dkk.
2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan
Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Haryanto.
28 September 2009. Komponen-komponen Pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar