BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
merupakan hal sentral yang sangat berpengaruh pada kemajuan suatu bangsa.
Semakin bermutu kualitas pendidikan suatu negara, maka akan banyak terlahir
generasi intelek yang dapat merubah kondisi negara tersebut. Mereka akan
melakukan pembaharuan-pembaharuan bahkan penemuan- penemuan baru dengan
mengkolaborasikan ilmu dan kecerdasan berfikir mereka untuk dipersembahkan
kepada tanah airnya dan diakui oleh seluruh manusia didunia. Untuk itu,
diperlukan berbagai cara untuk terwujudnya pendidikan yang bermutu dan mampu
bersaing dengan negara-negara lainnya. Salah satu cara tersebut adalah dengan
memaksimalkan penggunaan metode-metode pembelajaran terutama bagi para pengajar
dalam mengajar para peserta didiknya sehingga ilmu yang ditransformasikan dapat
diterima dengan baik. Karenanya, dalam makalah ini akan diuraikan pembahasan
mengenai strategi dan tahapan mengajar mengajar sebagai salah satu pilar
penunjang yang akan menentukan berhasil atau tidaknya seorang guru dalam
menuntun para peserta didiknya menuju harapan bersama untuk membangun
pendidikan yang lebih maju.
1.2 Rumusan Masalah
a
Apa
pengertian dari Definisi Mengajar ?
b
Jelaskan
Tahapan-Tahapan
Mengajar ?
c
Apa itu Pendekatan Pembelajaran ?
d
Bagaimana
Prinsip-prinsip Umum
dalam Mengajar ?
1.3 Tujuan
a
Mahasiswa
Dapat mengetahui Definisi Mengajar.
b
Mahasiswa
Dapat mengetahui Tahapan-Tahapan Mengajar.
c
Mahasiswa
Dapat mengetahui Pendekatan Pembelajaran.
d
Mahasiswa
Dapat mengetahui Prinsip-prinsip Umum dalam Mengajar .
Bab II
Pembahasan
2.1 Definisi Mengajar.
Kegiatan mengajar pada diri siswa
akan tercipta jika ada usaha yang dilakukan oleh guru, usaha dari pihak ini
kita kenal dengan istilah mengajar. I. L. Pasaribu dan B. Menurut Simanjuntak
(1983:7), mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasikan (mengatur)
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga
terjadi proses belajar didik. Mengajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja
yang dilakukan untuk membantu siswa dalam proses belajarnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Mohamad Ali (1985:12) bahwa mengajar adalah segala upaya yang
disengaja dalam memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar
siswa dengan tujuan yang telah dirumuskan. Menurut Oemar Hamalik (1992:1),
mengajar diartikan sebagai usaha pemberian bimbingan kepada siswa untuk
belajar. Dengan kata lain mengajar adalah menciptakan lingkungan dan berbagai
kemudahan belajar bagi siswa. Sedangkan Nana Sudjana (1989:7) mengatakan bahwa
mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong
dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar. Lebih lanjut S. Nasution
(1982:2) mengungkapkan terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan
mengajar, antara lain:
1.
Mengajar berarti membimbing aktivitas anak
2.
Mengajar berarti membimbing pengalaman anak
3. Mengajar berarti membantu anak berkembang
dan menyesuaikan diri kepada lingkungannya.
Pengertian mengajar tersebut
mengisyaratkan bahwa tugas guru adalah membimbing siswa untuk belajar dalam rangka
mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkannya. Mengajar pada hakikatnya
adalah suatu proses mengorganisir lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga
pada diri siswa terjadi proses belajar. Dalam hal ini, S. Nasution (1982:8)
mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisir lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses
belajar. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
mengajar adalah suatu proses kegiatan yang disengaja dan terencana untuk
membimbing dan mengawasi siswa dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Secara umum, dalam mengajar guru mengikuti tahapan-tahapan
seperti berikut:
1. Prainstruksional
Merupakan
tahap persiapan sebelum mengajar dimulai. beberapa hal yang harus dilakukan
guru sebelum memulai kegiatan mengajar, sebagai berikut:
·
Memeriksa
kehadiran siswa, kehadiran siswa perlu diperiksa sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai. guru perlu mengetahui apakah semua siswanya hadir ataukah ada yang
tidak hadir. ehadiran siswa dicatat pada buku kehadiran yang biasanya
disediakan di dalam kelas. Pada kegiatan ini, guru sekaligus memeriksa kesiapan
siswa dalam mengikuti pembelajaran.
·
mengecek
kondisi kelas, meja dan kursi tertata rapi, termasuk mengecek keberhasilan
kelas, Jika kondisi kelas baik, duharapkan pembelajaran juga akan berlangsung
dengan baik.
·
mengecek
peralatan yang tersedia, kegiatan ini dilakukan dengan mengecek peralatan yang
akan digunakan guru. Misalnya papan tulis, alat tulis, OHP,LCD proyektor, dan
peralatan penunjang lainnya.
·
Mengadakan
apresiasi, jika siswa sudah berada dalam kondisi siap belajar, guru memulai
pembelajaran dengan mengadakan apresiasi. Apresiasi merupakan kegiatan awal
yang berguna untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang materi maupun
memberikan pengantar tentang materi.
·
Mengadakan
pretes/ tes diagnistik,untuk mengecek pengetahuan awal siswa dengan pasti, guru
dapat mengadakan pretes atau tes diagnostik. pretes atau tesdiagnostik ini dapat
dilangsungkan ketika awal masuk materi baru. Hasil pretes atau tes diagnostik
dapat digunakan guru sebagai landasan dalam menentukan strategi dan metode
pembelajaran.
2. Instruksional (saat-saat mengajar)
pada
kegiatan ini, ada dua kegiatan utama yang dilakukan guru, sebagai berikut.
·
Inti
Mengajar, berupa penyampaian materi dengan berbagai macam strategi
pembelajaran. pada kegiatan ini, guru melaksanakan desain pembelajaran sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnnya.
·
Membuat
kesimpulan, sebelum guru mengakhiri kegiatan pembelajaran siswa bersama, sama
dengan guru membuat kesimpulan tentang apa yang telah dipelajari.
3. Assessment (Penilaian)
kegiatan
ini dilakukan untuk mengecek pemahaman siswa tentang materi yang telah
dipelajari berbagai masam assessment yang dapat dilakukan antara lain kuis,
postes, ulangan harian, dan ulangan blok.
4. Follow Up (tindak lanjut)
kegiatan
tindak lanjut dilakukan berdasarkan assessment yang telah dilakuan sebelumnya.
ada dua kegiatan utama dalam tindak lanjut ini, yaitu untuk siswa yang telah
menuntaskan materi dapat diberi materi pengayaan (enrrichment) dan bagi siswa
yang belum menuntaskan materi dapat diberi perbaikan (remedial). Bentuk tindak
lanjut ini antara lain dengan diskusi kelompok informal, penyusunan ikatisar,
pemberian PR, dll.
2.2 Tahapan-Tahapan Mengajar
Tahapan-tahapan mengajar menurut
Bruner :
1
Menentukan tujuan pembelajaran ]
2
Melakukan identifikasi karakteristik
siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dsb)
3
Memilih materi pelajaran
4
Menentukan topik-topik yang dapat
dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi)
5
Mengembangkan bahan-bahan belajaryang
berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dsb untuk dipelajari siswa
6
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang
sederhana ke kompleks dari yang konkret ke yang abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik
7
Melakukan penilaian proses dan hasil
belajar siswa.
Seorang guru/instruktur/dosen harus
memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi yang diajarkannya, bila
tidak… maka yang terjadi adalah siswa/mahasiswa akan kurang faham, tidak
menyukai mata pelajaran tersebut atau bahkan anda sendiri sebagai pengajar
tidak disukai. Tidak pelit nilai mungkin hal yang bijak sebagai seorang
pengajar dan tentunya anda akan menjadi pengajar favorit dikelas, tetapi hal
ini tidak mendidik dan merugikan siswa yang anda didik. Ketika mengajar adalah
hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara
tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai
beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara
fleksibel. Dalam buku Educational Psychology oleh W John Santrock pada tahun
2004, hal yang dibutuhkan dua hal utama yaitu: (1) Pengetahuan dan keahlian
profesional; (2) komitmen dan motivasi.
1) Pengetahuan dan Keahlian
Profesional
Guru yang efektif menguasai materi
pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif
memiliki strategi pengejaran yang baik dab didukung oleh metode penetapan
tujuan, perencanaan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana
memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid
dari berbagai latar belakang kultural. Mereka juga mengetahui cara menggunakan
teknologi yang tepat guna di dalam kelas. Berikut adalah masing-masing
penjelasan dari beberapa kriteria di atas :
a
Penguasaan materi pelajaran. Guru yang
efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja,
pengetahuan subjek materi tidak hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum.
Ini juga membutuhkan pengetahuan dasar pengorganisasian materi, mengkaitkan
berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumentasi.
b
Strategi Pengajaran. Dalam hal ini
bagaimana guru dapat membuat pengajaran materi dapat dikuasai oleh murid. Pada
pendidikan model lama (tradisional) terlalu menekankan murid harus duduk diam,
menjadi pendengar pasif dan menyuruh murid untuk menghafal informasi yang
relevan dan tidak relevan. Kemudian berganti pada prinsip konstruktivisme,
yaitu menekankan agar murid secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan
pemahamannya. Namun tidak semua ahli setuju dengan cara di atas, tetapi yang
terpenting adalah walaupun anda menggunakan salah satu strategi di atas, masih
banyak hal yang harus diketahui, hal-hal yang memberikan pengaruh dalam
pengajaran yang efektif.
c
Penetapan tujuan dan keahlian
perencanaan instruksional. Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas,
entah dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivisme di atas.
Mereka juga harus menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun rencana untuk
mencapai tujuan itu.
d
Keahlian manajemen kelas. Aspek penting
lainnya untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif
bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif dapat
mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.
e
Keahlian motivasional .Guru yang efektif
mempunyai strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang
efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang
sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk
berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.
f
Keahlian komunikasi .Hal yang perlu
diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi
hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid, dan
memapu memecahkan konflik secara konstruktif.
g
Bekerja secara efektif dengan murid dari
berbagai kultur yang berbeda Guru yang efektif harus mengetahui dan memahami
anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap
kebutuhan mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang lain untuk berhubungan
positif.
h
Keahlian teknologi. Guru yang efektif
tahu cara menggunakan komputer dan cara mengajar murid menggunakan komputer
untuk menulis dan berkreasi. Teknologi itu sendiri tidak selalu meningkatkan
kemampuan belajar murid perlu kesesuaian antara kurikulum dengan teknologi yang
sesuai dalam pengajaran
2.3 Pendekatan Pembelajaran
Interaksi dalam pembelajaran adalah
bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini
berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan
pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi
yang kondusif. Guru sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas
yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang dilakukan. Proses interaksi
pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana
Cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran.
Pendekatan (approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu:
1 Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
2 Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam
proses pembelajaran.
2.4 Prinsip-prinsip Umum dalam Mengajar
1.
Mengajar
harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses beljar mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior, entry behavior dapat diketahui di antaranya dengan melakukan pre test. Hal ini sangat penting agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses beljar mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior, entry behavior dapat diketahui di antaranya dengan melakukan pre test. Hal ini sangat penting agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
2.
Pengetahuan
dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
3.
Mengajar
harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Apa yang dapat dipelajari seseorang secara tepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh yang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Apa yang dapat dipelajari seseorang secara tepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh yang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
4.
Kesiapan (readiness)
Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan
landasan dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik
bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk
melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya
bila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu,
pengajaran dilaksanakan kalau individu mempunyai kesiapan.
5.
Tujuan pengajaran harus dikethaui siswa.
Tujuan pengajaran merupakan rumusan tentang perubahan
perilaku apa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Apabila tujuan
pengajaran diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah
diektahui, harus dirumuskan secara khusus.
6.
Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu :
Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu :
1
Dari sederhana
kepada yang kompleks (rumit)
2
Dari konkret
kepada yang abstrak
3
Dari umum
(general) kepada yang kompleks
4
Dari yang
sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diektahui (konsep yang bersifat
abstrak)
5
Dengan
menggunakan prinsip induksi kepada dedukasi atau sebaliknya
6
Sering
menggunakan reinforcement (penguatan)
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Kegiatan mengajar pada diri siswa akan tercipta jika ada
usaha yang dilakukan oleh guru, usaha dari pihak ini kita kenal dengan istilah
mengajar. I. L. Pasaribu dan B. Menurut Simanjuntak (1983:7), mengajar adalah
suatu kegiatan mengorganisasikan (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar didik.
Mengajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja yang dilakukan untuk membantu
siswa dalam proses belajarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Mohamad Ali
(1985:12) bahwa mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar siswa dengan tujuan yang
telah dirumuskan. Menurut Oemar Hamalik (1992:1), mengajar diartikan sebagai
usaha pemberian bimbingan kepada siswa untuk belajar. Dengan kata lain mengajar
adalah menciptakan lingkungan dan berbagai kemudahan belajar bagi siswa.
Sedangkan Nana Sudjana (1989:7) mengatakan bahwa mengajar adalah membimbing
kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan
yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa
melakukan kegiatan belajar.
3.2 Saran
Semoga
makalah ini dapat lebih baik lagi untuk kedepannya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar