BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia
merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan tuhan yang maha esa yang
paling sempurnah diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali dengan
akal sehat dan
juga otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal tersebut untukberfikir
sebelum melakukan sesuatu, sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan yang dia
miliki.
Belajar
merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadibersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat ataupun
merevisi hasilbelajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu
individu belajardan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori
adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya
memuattentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau
lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari,
dianalisis dan diujiserta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas
Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat
ide, konsep, prosedur danprinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji
kebenarannya.
Teori
belajar adalahsuatu teori yang di dalamnya terdapat tata carapengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Teori
belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak ditemukan teori belajar yang
menitik beratkan pada perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana
Pengertian Teori Belajar Kognitivisme?
1.2.2
Apa
Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran?
1.2.3
Bagaimana
Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran?
1.2.4
Bagaimana
Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum?
1.2.5
Bagaiman
System Assesmen?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mahasiswa
Dapat Mengetahui Pengertian Teori Belajar Kognitivisme.
1.3.2
Mahasiswa
Dapat Mengetahui Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran.
1.3.3
Mahasiswa
Dapat Mengetahui Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Proses Pembelajaran.
1.3.4
Mahasiswa
Dapat Mengetahui Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum.
1.3.5
Mahasiswa
Dapat Mengetahui System Assesmen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Teori Belajar Kognitivisme
Definisi
“Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan
dengan “knowing” yang berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolehan penataan,
penggunaan pengetahuan. (Neisser:1976 dalam Muhibbin 1995:65)
Teori
belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada
peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu
belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri
seseorang melalui proses interaksi yangberkesinambungan dengan lingkungan.
Proses ini tidak hanya berjalan terpatah-patah, terpisahpisah,tetapi melalui
proses mengalir, bersambung dan menyeluruh.
Menurut
psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu.
Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari
pengalaman, mencariinformasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu
untuk mencapai suatu tujuantertentu. Para psikolog pendidikan kognitif
berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan
keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.
A. Robert
M. Gagne
Salah
satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan
informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
B. Jean
Piaget
Menurut Piaget
proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1) Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada.
2) Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi baru.
3) Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget
juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda
pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat
kognitif
seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena
itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta
memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
2.2 Tujuan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran
Tujuan
(goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang
diinginkan. Didalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan
menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-pengalaman belajar. Pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu
pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu pada
siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah
laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku yang
dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang
berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa (Darsono, 2002: 24).
Tujuan
teori psikologi untuk membentuk hubungan yang teruji, yang teramalkan dari tingkah
laku orang-orang pada ruang kehidupan mereka secara spesifik sesuai dengan
situasi psikologisnya. Untuk dapat memahami atau memprediksi suatu perilaku,
kita harus memperhatikan orang tersebut dengan lingkungan psikologisnya sebagai
pola dari fakta dan fungsi-fungsi yang saling membutuhkan.
Teori
kognitif dikembangkan terutama untuk membantu guru memahami muridnya. Ternyata,
hal ini juga dapat membantu guru memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.
Menurut teori kognitif, belajar diartikan sebagai proses interaksional
seseorang memperoleh pemahaman baru atau struktur kognitif dan mengubah hal-hal
yang lama. Agar belajar menjadi efektif, guru harus memperhatikan dirinya
sendiri dan orang lain. Jadi, psikologi kognitif dikembangkan dengan maksud membantu
guru-guru mampu memahami muridnya secara lebih baik. Psikologi kognitif
mengembangkan sistem psikologi yang bermanfaat untuk berhubungan dengan
anak-anak dan pemuda pada saat belajar.
Teori
belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-prinsip belajar
secara ilmiah. Hasilnya berupa prosedur-prosedur yang dapat diterapkan pada
situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang sangat produktif. Teori belajar
kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan
lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan psikologisnya
merupakan faktor-faktor yang kait-mengait. Teori ini dikembangkan berdasarkan.
tujuan yang melatarbelakangi perilaku, cita-cita, cara-cara, dan bagaimana
seseorang memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan
dirinya. Setiap pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan
lingkungannya disebut insight.
2.3 Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Pembelajaran
teori
belajar Kognitivisme tidak lepas dari rangkaian proses pembelajaran. Menurut
Munif Chatib yang lebih ditekankan adalah the best process, bukan the best
input. Yang jelas perpatokan pada kata “setiap insan terlahir ke dunia ini
dalam keadaan yang berbeda antara yang satu dan yang lain”. Belajar sendiri
adalah perubahan persepsi atau pemahaman. Dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang menjadi titik paling dominan adalah mementingkan terbentuknya
struktur kognitif sebagai usaha memecahkan masalah yang didasarkan kepada
insight. Istilah insight adalah pengetahuan baru yang diperoleh setelah melalui
proses pengumpulan informasi, relatif mudah diingat, dan mampu dijadikan acuan dalam
menyelesaikan persoalan baru. Dengan demikian seorang guru dapat mengajar
dengan cara memasuki dunia anak. “gaya mengajar guru adalah gaya belajar siswa”
(Chatib, 2014:8-9)
Dalam
aplikasinya, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah dan awal sekolah dasar
belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian
perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Piaget
menjabarkan aplikasinya dalam pendidikan;
1) Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau
proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman
belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif,
2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri
dan keterlibatan aktifdalam kegiatan belajar, anak didorong menentukan sendiri
pengetahuannyamelalui interaksi spontan dengan lingkungan,
3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan perkembangan,
4) Mengutamakanperan siswa untuk saling berinteraksi,
bertukar ide/gagasan – gagasan untukperkembangan penalaran
Dikemukakan
pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan
teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya
banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu ketika mengajar guru harus padai menyesuaikan
penggunaan bahasa dengan cara berfikir anak.
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungandengan baik. Peran Guru dalam hal ini harus mampu
membimbing, mengarahkan anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidakasing, menarik dan menyenangkan anak didik, bukan membebani
anak didik.
4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangan usianya.
5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang
untuk salingberbicara menceritakan pengalamannya.
6) Pendidikan berbasis aktifitas bisa diterapkan,
berikan peran bagi anakdalam proses pembelajaran.
Hakekat
belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses
internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini
sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan pembalejaran,mengembangkan strategi
dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sbagaimana yang dilakukan dalam
pendekatan behavoristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Sedangkan kegiatan pembelajarnya mengkuti prinsip-prinsp sebagai berikut :
1.
Siswa bukan
sebagai oang dewasa yang muda dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami
perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.
Anak usia pra
sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika
menggunakan bnda-benda konkret.
3.
Keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan seswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.
Untuk menarik
minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5.
Pemahaman dan
retensi akan meningkat jika materi belajar disusun dengan menggunakan pola dan
atau logika tertentu, dari sederhana kekompleks.
6.
Belajar memahami
akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru
harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan
apa yang telah diketahui siswa.
7.
Adanya
perbedaaan individual pada diri siswa perludiperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan lajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada
motivasi, persepsi, kemampan berfikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
2.4 Penerapan Teori Kognitivisme Dalam Kurikulum
Aplikasi
teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan perhatian
kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.
Selain itu, peran siswa sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat
secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga memaklumi akan adanya
perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan. Oleh karena itu guru
harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari
individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada
aktivitas dalam bentuk klasikal.
Teori
ini juga mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget,
pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan
penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung,
perkembangannya dapat disimulasi. Implikasi dalam konsep evaluasi bahwa
evaluasi dilakukan selama proses belajar bukan hanya semata dinilai dari hasil
belajar. Jadi, teori ini menitikberatkan pada proses daripada hasil yang
dicapai oleh siswa.
Bagi
para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya
memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan
baru melalui proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan
internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan beberapa
prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:
1) Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa
bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
2) Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang
konkrit ke hal-hal yang abstrak.
3) Setiap usaha mengkonseptualisasikan materi
pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa
belajar.
4) Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan
pengalaman belajar siswa dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.
2.5 Sistem Assesmen Teori Kognitivisme
Penilaian/penghargaan/evaluasi
(evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.
Salah
satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang
berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang
akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada
akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah
Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
Aspek
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan
mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif adalah
kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada
tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan
saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah
dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada
tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep
dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk
untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi,
membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-akibat.
Pada
tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita,
komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya.
Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti,
sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap
hasil analisis untuk membuat kebijakan.
Tujuan
aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut.
Dengan
demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat
yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan
dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut yaitu:
1) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini
menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah
diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem
solving dan lain sebagianya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini
kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskanpengetahuan,
informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta
didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar
dengan kata-kata sendiri.
3) Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan
kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari
kedalam situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam
kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan
kemampuanmengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau
elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan
memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.
Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara
berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar,
prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
5) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan
kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan
level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu.
Apabila
melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada
umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis,
sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif
diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih
baik.
Model
pembelajaran adalah merupakan perencanaan yang dapat digunakan sebagai pola
face to face/saling berhadapan dalam pengajaran di kelas, atau pengaturan dalam
tutorial atau bentuk dari bahan-bahan instruksional.
Menurut
Bruce Joyce dkk, model pembelajaran adalah model pelajaran, untuk membantu
siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, kemampuan
berfikirdan dapat mengaktualisasi diri, juga diajarkan kepada siswa bagaimana
belajar yang efektif dan sistematis sehingga kedepan dihasilkan siswa yang
dapat meningkatkan kemampuannya belajar lebih mudah dan efektif dalam keilmuan
dan keterampilan, karena mereka sudah memdapat proses pembelajaran yang tuntas.
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Jadi,
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori adalah
seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar kognitivisme
lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.
Teori kognitif
dikembangkan bertujuan terutama untuk membantu guru memahami muridnya.
Ternyata, hal ini juga dapat membantu guru memahami dirinya sendiri dengan
lebih baik.
Dalam
teori kognitif guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang
mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra-sekolah dan awal sekolah dasar
belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifansiswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakanpola atau logika tertentu dari sederhana
kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan
individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Penilian/evaluasi
disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitivisme siswa perlu
dikaji secara mendalam oleh calon guru dan para guru demi menyukseskan
proses belajar dikelas.Tanpa pengetahuan tentang kognitivisme siswa, guru akan
mengalami kesulitan dalam membelajarkannya dikelas, yang pada akhirnya
mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru
dikelas.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib, Munif.
Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa, 2014.
Darsono.2002:24-25.Theori Pembelajaran.Jakarta:Erlangga
Joyce, Bruce dkk.
(2009). Model of Teaching (Model-Model
Pengajaran) edisi ke delapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syah. Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru,
Bandung: PT
Remaja
Rosdakarya, 1995.
Sax, Gilbert.(1980). Principles of Education Measurement and
Evalution (second ed). California: Wadsworth Publishing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar