BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bruner sebagai salah satu ahli psikologi dan pemikir
mengembangkan sebuah teori belajar yang berlandaskan pandangan konstruktivisme
dan sangat berkaitan dengan teori belajar kognitif. Teori kontrukstivis Brunner
telah dipengaruhi oleh penelitian-penelitian tentang teori kognitif yang
dikemukakan oleh Jean Piaget dan Lev Vigotsky sebelum, teori ini mempercayai
bahwa peserta didik dapat membangun atau mengkonstruksi konsep-konsep atau
ide-ide baru dari pengetahuan yang sudah dia miliki. Proses belajar menjadi
sangat aktif dan melibatkan transpormasi informasi, menurunkan makna dari
pengalaman, membentuk hipotesis dan mengambil keputusan. Dalam teori ini
peserta didik dianggap sebagai pencipta dan pemikir dengan menggunakan
informasi yang ada untuk menemukan konsep dan pengalaman baru dalam belajar.
Salah
satu untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural, guru perlu
mengetahui berbagai teori belajar matematika, unsur pokok dalam pembelajaran
matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja
dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran,siswa sebagai pelaksanaan
kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam
hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
Penggunaan pembelajaran dengan model pembelajaran
Bruner dalam penelitian ini menggunakan strategi melalui tiga tahapan kegiatan
yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. Strategi ini dipilih karena
dipandang dapat mengoptimalisasikan interaksi semua unsur pembelajaran.
1.2 Rumusan masalah
a.
Apa yang di maksud
dengan Teori Brunner ?
b.
Bagaimana Proses Belajar
Mengajar Menurut Jerome S. Bruner ?
c.
Bagaimana Ciri-Ciri Teori Belajar Bruner
?
d.
Bagaimana Penerapan Teori Belajar Bruner
?
e.
Apa Kelemahan Dan Kelebihan Teori
Belajar Bruner?
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa
dapat mengetahui yang di maksud
dengan teori brunner.
b. Mahasiswa
dapat mengetahui Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner.
c. Mahasiswa
dapat mengetahui Ciri-Ciri Teori Belajar Bruner.
d. Mahasiswa
dapat mengetahui Penerapan Teori Belajar Bruner.
e. Mahasiswa
dapat mengetahui Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Bruner.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Brunner
Belajar merupakan suatu
proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadibersikap benar, dari
tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Teori adalah
seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuattentang ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan
diujiserta dibuktikan kebenarannya.
Teori belajar merupakan
suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan
belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan
sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain
sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan
psikomotor, dan perubahan afektif.
. Menurut Hilgard
(Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
2.2 Penerapan Teori Belajar Brunner
Menurut Djamarah dan
Zain impliklasi konsep belajar discovery dalam pembelajaran diantaranya
: Petrama Simulation, guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau
menyuruh anak didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuata uraian
permasalahan. Kedua Problem Statement,
anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan.
Sebagian
besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahakan.
Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan
sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang di ajukan. Ketiga Data collection, Untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang relavan, membaca literature,m mengamati obyek, wawancara dengan
nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. Keempat Data
prossesing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara observasi, dan
sebagainya, semunya diolah, diacak, diklasifikasikn, ditabulasi, bahkan apabila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Kelima Verfication, atau pembuktian. Berasarkan hasil pengolahan dan
tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak. Keenam. Generalization.
Tahap selanjutnya berdasarkan verfikasi tadi, anak didik belajar menarik
kesimpulan atau generalisasi tertentu.
System
belajar yang dikembangkan Brunner ini menggunakan landasan pemikiran pendekatan
belajar mengajar. Hasil belajar cara ini lebih mudah dihapal dan diingat, mudah
dtransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak
didikbersangkutan lebih jauhdapat menumbuhkan motivasi instrik, karena anak
merasa puas atas penggunaannya sendiri.
Kemudian
Oemar Halik dalam bukunya perencanaan
“Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem”, menjelaskan konsep belajar
penemuan Bruner dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dalam bentuk pendekatan
komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah, tergantung pada besarnya kelas.
a.
Sistem satu arah (ceramah Reflektif)
Pendekatan
satu arah berdasarkan penyajian satu arah (penuangan/expotision) yang dilakukan
oleh guru. Struktur penyajiaannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan
proses penemuan (discovery) didepan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan
kemudian memecahkan masalah-masalah tersebut melalui discovery. Caranya adalah
mengajukan pertanyaan kepada kelas, memberikan kesempatan kepada kelas untuk
melakukan refleksi. Selanjutkan guru menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan
itu. Dalam prosedur ini guru tidak menentukan atau menunjukkan aturan-aturan
yang harus digunakan oleh siswa. Guru mengharapkan agar siswa secara
keseluruhan berhasil melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah,
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya secarareflektif. Dalam eadaan
ini, sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa adanya penyajian oleh guru.
Penggunaan discovery dalam kelompok kecil sangat bergantung pada kemampuan dan
pengalaman guru sendiri, serta waktu dan kemampuan mengantisifikasi kesulitan
siswa.
b.
Sistem dua arah (discovery terbimbing)
System
dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa
melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/benar.
Sekalipun di dalam kelas yang terdiri dari 20-3o orang siswa. Hanya beberapa
orang saja yang benar-benar melakukan discovery, sedangkan yang lainnya
berpartisipasi dalam proses discovery misalnya dalam system ceramah reflektif.
Dalam kelompok yang lebih kecil, guru dapat melibatkan hamper semua siswa dalam
prose situ. Dalam system ini guru perlu memilki keterampilan memberikan
bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan –kesulitan siswa dan memberikan bantuan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Namun demikian, tidak berarti guru
menggunakan metode ceramah reflektif sebagaimana halnya pada strategi diatas.
Adapun
Menurut Ahmad Sabri pendekatan ini merupakan pendekatan mengajar yang berusaha
meletakkan dasar dan mengembangan berpikir cara ilmiah. Pendekatan ini
menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam
memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar.
Peranan guru dalam pendekatan ini adalah pembimbing belajar dan fasilitator
belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada
kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adlah
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam memecahkan masalah. Sudah tentu
bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan
interverensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi.
Guru
harus terampil memilih persoalan yang relavan untuk diajukan kepada kelas
(persoalan yang bersumber dari bahan pelajaran yang menantang
siswa/problematik) dan sesuai dengan nalar siswa. Guru harus terampil
menumbuhkan motivasi belajar siswa dan penciptaan situasi belajar yang
menyenangkan. Adanya faslitas dan sumber belajar yang cukup lengkap sehingga
dapat memfalisitsi pendekatan ini.
Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya dan berdiskusi.
Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan Guru tidak banyak campurtangan dan intervensi
terhadap kegiatan siswa.
2.3 Ciri-Ciri Teori Brunner
Pertama
tentang discovery itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini,
diamana teori ini mengarahkan agar peserta didik mampu dalam menemukan,
mengolah, memilah dan mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti
teori, behavioristik yang belajar berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan
aspek kognitifnya. kedua konsep kurikulum spiral dimana dalam teorinya di
tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan yang sama namun
diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam. Seperti pengetahuan
tentang Ilmu Pengetahuan Sosial yang di
ajarkan pada sekolah dasar, kemudian ilmu pengetahuan tersebut masih dapat
diajarkan di perguruan Tinggi seperti Psikologi Belajar. Psikologi belajar
merupakan pengetahuan yang sama dengan Ilmu Pengetahuan Sosial namun pembahasan psikologi belajar lebih
mendalam.
Adapun ciri khasnya yaitu:
a. Empat Tema tentang Pendidikan
Tema
pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena
dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana
fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan
yang lain.Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner
kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana
yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang
lebih tinggi.Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses
pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada
formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui
apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.Tema
keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara
yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
b. Model dan Kategori
Pendekatan
Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa
perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan
penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi
dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan
tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. Asumsi kedua adalah bahwa orang
mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan
informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of
the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel.
Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari
lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan
kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara
hal-hal yang diketahui.
c. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner
mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2)
transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
(Bruner, 1973). Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat sedemikian
rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok
dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan
pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk.
2.4 Penerapan
Teori Belajar Bruner
Penerapan dalam kurikuluk menurut teori Brunner melelui
model pembelajaran Kognitif dan Model Elaborasi. Teori kognitif, dikembangkan menjadi webteaching yaitu belajar yang efektif pada dasarnya
adalah mengaitkan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada
dalam din si-belajar. Cara penyajian pembelajaran sebagai
ini dimulai dengan penyajian garis besar dari isi yang akan diajarkan, yang
disertai tinjauan umum terhadap konsep penerapan
apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya.
Sehingga ada kecenderungan pada
anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh
sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi
pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut
hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di
dalam kenyataan sehari-hari. Beberapa Implikasi Untuk Praktek Dari uraian kurikulum, evaluator sangat dominan.
Pihak murid atau peserta belajar
lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai
"Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal
sebagai berikut: Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang
perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku. Penentuan dan pemilihan
prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling
efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education). Pengertian Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Sedangkan istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi".
Hal demikian untuk memantau
kemajuan belajar peserta didik agar dapat
memberikan umpan balik baik bagi guru
maupun pada peserta didik sendiri. Guru
dapat melihat apakah metode atau media
yang digunakan sudah tepat untuk pencapaian
tujuan pembelajaran bagi peserta didik.Tes formatif
biasanya mengacu pada kriteria tertentu yaitu
tercapainya tujuan, sedangkan pada tes penempatan
mengacu pada norma tertentu yaitu norma
kelompok.
2.5 Kelemahan Dan Kelebihan Teori
Belajar Bruner
Kelebihan dari Teori Belajar
Penemuan (Free Dicovery Learning) adalah :
a. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna.
b. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah
diingat.
c. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang
diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan
yang diterima.
d. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri
oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
e. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan
motivasi belajar.
f. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara
bebas.
Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning) adalah
(Ahmadi,2005:79) :
a. Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang
cerdas, hasilnya kurang efektif.
b. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang
terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas
materi yang dipelajari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar merupakan suatu
proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadibersikap benar, dari
tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Teori adalah
seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuattentang ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan
diujiserta dibuktikan kebenarannya.
Penerapan
dalam kurikuluk menurut teori Brunner melelui model pembelajaran Kognitif
dan Model Elaborasi. Teori kognitif, dikembangkan menjadi
webteaching yaitu belajar yang efektif pada dasarnya adalah mengaitkan informasi baru ke
dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam din si-belajar. Cara penyajian pembelajaran sebagai ini dimulai dengan penyajian garis
besar dari isi yang akan diajarkan, yang disertai tinjauan umum terhadap konsep
penerapan apa yang dipelajari
masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya.
3.2
Saran
Daftar Pustaka
Nasution, Berbagai
pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, PT. Bumi Aksara,
2006.
Roestiyah N.K., Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2001.
Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta:
C.V. Andi Offset. 2005
Ahmad Sabri, Strategi
Belajar Mengajar dan Micro Teaching,
Ciputat, Quantum Teaching, 2005.
Asri Budiningsih, Belajar
dan Pembelajaran, Jakarta, Rienika Cipta, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar