Senin, 20 November 2017

makalah teori brunner

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bruner sebagai salah satu ahli psikologi dan pemikir mengembangkan sebuah teori belajar yang berlandaskan pandangan konstruktivisme dan sangat berkaitan dengan teori belajar kognitif. Teori kontrukstivis Brunner telah dipengaruhi oleh penelitian-penelitian tentang teori kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Lev Vigotsky sebelum, teori ini mempercayai bahwa peserta didik dapat membangun atau mengkonstruksi konsep-konsep atau ide-ide baru dari pengetahuan yang sudah dia miliki. Proses belajar menjadi sangat aktif dan melibatkan transpormasi informasi, menurunkan makna dari pengalaman, membentuk hipotesis dan mengambil keputusan. Dalam teori ini peserta didik dianggap sebagai pencipta dan pemikir dengan menggunakan informasi yang ada untuk menemukan konsep dan pengalaman baru dalam belajar.
Salah satu untuk dapat memahami konsep-konsep dan prosedural,  guru perlu mengetahui berbagai teori belajar matematika, unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran,siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
Penggunaan pembelajaran dengan model pembelajaran Bruner dalam penelitian ini menggunakan strategi melalui tiga tahapan kegiatan yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. Strategi ini dipilih karena dipandang dapat mengoptimalisasikan interaksi semua unsur pembelajaran.
1.2  Rumusan masalah
a.       Apa yang di maksud dengan Teori Brunner ?
b.      Bagaimana Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner ?
c.       Bagaimana Ciri-Ciri Teori Belajar Bruner ?
d.      Bagaimana Penerapan Teori Belajar Bruner ?
e.       Apa Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Bruner?
1.3  Tujuan
a.       Mahasiswa dapat mengetahui yang di maksud dengan teori brunner.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner.
c.       Mahasiswa dapat mengetahui Ciri-Ciri Teori Belajar Bruner.
d.      Mahasiswa dapat mengetahui Penerapan Teori Belajar Bruner.
e.       Mahasiswa dapat mengetahui Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Bruner.











BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Brunner
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadibersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuattentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diujiserta dibuktikan kebenarannya.
Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif.
. Menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh lainnya.
2.2 Penerapan Teori Belajar Brunner
Menurut  Djamarah dan  Zain impliklasi konsep belajar discovery dalam pembelajaran diantaranya : Petrama  Simulation, guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuata uraian permasalahan. Kedua Problem Statement, anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. 
Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahakan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan  sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang di ajukan. Ketiga Data collection, Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan  berbagai informasi yang relavan, membaca literature,m mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. Keempat  Data prossesing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara observasi, dan sebagainya, semunya diolah, diacak, diklasifikasikn, ditabulasi, bahkan apabila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Kelima  Verfication, atau pembuktian. Berasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. Keenam. Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan verfikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
System belajar yang dikembangkan Brunner ini menggunakan landasan pemikiran pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar cara ini lebih mudah dihapal dan diingat, mudah dtransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didikbersangkutan lebih jauhdapat menumbuhkan motivasi instrik, karena anak merasa puas atas penggunaannya sendiri.
Kemudian Oemar Halik dalam bukunya perencanaan  “Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem”, menjelaskan konsep belajar penemuan Bruner dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dalam bentuk pendekatan komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah, tergantung pada besarnya kelas.
a.  Sistem satu arah (ceramah Reflektif)
Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah (penuangan/expotision) yang dilakukan oleh guru. Struktur penyajiaannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses penemuan (discovery) didepan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah-masalah tersebut melalui discovery. Caranya adalah mengajukan pertanyaan kepada kelas, memberikan kesempatan kepada kelas untuk melakukan refleksi. Selanjutkan guru menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan itu. Dalam prosedur ini guru tidak menentukan atau menunjukkan aturan-aturan yang harus digunakan oleh siswa. Guru mengharapkan agar siswa secara keseluruhan berhasil melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya secarareflektif. Dalam eadaan ini, sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa adanya penyajian oleh guru. Penggunaan discovery dalam kelompok kecil sangat bergantung pada kemampuan dan pengalaman guru sendiri, serta waktu dan kemampuan mengantisifikasi kesulitan siswa.
b.  Sistem dua arah (discovery terbimbing)
System dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/benar. Sekalipun di dalam kelas yang terdiri dari 20-3o orang siswa. Hanya beberapa orang saja yang benar-benar melakukan discovery, sedangkan yang lainnya berpartisipasi dalam proses discovery misalnya dalam system ceramah reflektif. Dalam kelompok yang lebih kecil, guru dapat melibatkan hamper semua siswa dalam prose situ. Dalam system ini guru perlu memilki keterampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan –kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Namun demikian, tidak berarti guru menggunakan metode ceramah reflektif sebagaimana halnya pada strategi diatas.
Adapun Menurut Ahmad Sabri pendekatan ini merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangan berpikir cara ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan ini adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adlah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam memecahkan masalah. Sudah tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan interverensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi.
Guru harus terampil memilih persoalan yang relavan untuk diajukan kepada kelas (persoalan yang bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/problematik) dan sesuai dengan nalar siswa. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan penciptaan situasi belajar yang menyenangkan. Adanya faslitas dan sumber belajar yang cukup lengkap sehingga dapat memfalisitsi pendekatan ini.  Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya dan berdiskusi. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar, dan  Guru tidak banyak campurtangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
2.3 Ciri-Ciri Teori  Brunner
Pertama tentang discovery itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini, diamana teori ini mengarahkan agar peserta didik mampu dalam menemukan, mengolah, memilah dan mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori, behavioristik yang belajar berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya. kedua konsep kurikulum spiral dimana dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan terhadap penegetahuan yang sama namun diulang dengan pembahsan yang lebih luas dan mendalam. Seperti pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial  yang di ajarkan pada sekolah dasar, kemudian ilmu pengetahuan tersebut masih dapat diajarkan di perguruan Tinggi seperti Psikologi Belajar. Psikologi belajar merupakan pengetahuan yang sama dengan Ilmu Pengetahuan Sosial  namun pembahasan psikologi belajar lebih mendalam.
Adapun ciri khasnya yaitu:
a.       Empat Tema tentang Pendidikan
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
b.      Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri. Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.
c.       Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973). Informasi baru dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk.
2.4 Penerapan Teori Belajar Bruner
Penerapan dalam kurikuluk menurut teori Brunner melelui model pembelajaran Kognitif dan Model Elaborasi. Teori kognitif, dikembangkan menjadi webteaching yaitu belajar yang efektif pada dasarnya adalah mengaitkan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam din si-belajar. Cara penyajian pembelajaran sebagai ini dimulai dengan penyajian garis besar dari isi yang akan diajarkan, yang disertai tinjauan umum terhadap konsep penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya.
Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari. Beberapa Implikasi Untuk Praktek Dari uraian kurikulum, evaluator sangat dominan.
Pihak murid atau peserta belajar lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut: Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku. Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education). Pengertian Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Sedangkan  istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi".
Hal demikian untuk memantau kemajuan belajar peserta didik agar dapat memberikan umpan balik baik bagi guru maupun pada peserta didik sendiri. Guru dapat melihat apakah metode atau media yang digunakan sudah tepat untuk  pencapaian tujuan pembelajaran bagi peserta didik.Tes formatif biasanya mengacu pada kriteria tertentu yaitu tercapainya tujuan, sedangkan pada tes penempatan mengacu pada norma tertentu yaitu norma kelompok.
2.5 Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Bruner
Kelebihan dari Teori Belajar Penemuan (Free Dicovery Learning) adalah :
a.       Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
b.      Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
c.       Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
d.      Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
e.       Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
f.       Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning) adalah (Ahmadi,2005:79) :
a.       Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
b.      Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadibersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuattentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diujiserta dibuktikan kebenarannya.
   Penerapan dalam kurikuluk menurut teori Brunner melelui model pembelajaran Kognitif dan Model Elaborasi. Teori kognitif, dikembangkan menjadi webteaching yaitu belajar yang efektif pada dasarnya adalah mengaitkan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam din si-belajar. Cara penyajian pembelajaran sebagai ini dimulai dengan penyajian garis besar dari isi yang akan diajarkan, yang disertai tinjauan umum terhadap konsep penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya.
3.2 Saran





Daftar Pustaka
Nasution, Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2006.
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2001.
Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset. 2005
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan  Micro Teaching, Ciputat, Quantum Teaching, 2005.
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rienika Cipta, 2005.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar