Senin, 20 November 2017

makalah teori pemrosesan informasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.Tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase:1) Motifasi, 2) Pemahaman, 3) Pemerolehan, 4) Penyimpanan, 5) Ingatan kembali, 6) Generalisasi, 7) Perlakuan, 8) Umpan Teori Pemrosesan Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebut informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses atau ditransmisikan. Penelitian ini memokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan instruksi.
Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya.
Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog perkembangan, maka sangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini melakukan penelitian yang tujuanya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi. 
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses belajar tidak berbeda halya dengan proses menerima,menyimpan dan mengungkapken kembali dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai proses transformasi masukan menjadi keluaran. Jadi, proses belajar tersebut mirip dengan apa yang terjadi pada sebuah komputer.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pandangan Robert M Gagne tentang pemprosesan informasi ?
2.      Bagaimana Pengertian Pemrosesan Informasi?
3.      Bagaimana konsep dari teori pemrosesan informasi?
4.      Bagaimana   Karakteristik Pemrosesan Informasi?
5.      Bagaimana penerapan teori pemrosesan informasi di kelas?

1.3  Tujuan
1.      Agar mengetahui pendangan Robert M Gagne tentang pemprosesan informasi.
2.      Agar mengetahui Pengertian Pemrosesan Informasi.
3.      Agar mengetahui konsep dari teori pemrosesan informasi.
4.      Agar mengetahui Karakteristik Pemrosesan Informasi.
5.      Agar mengetahui penerapan dari teori pemrosesan informasi di kelas.























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Robert M Gagne
            Menurut Robert M Gagne,belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan  Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa Condition Of Learning. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
            Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini. Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi  Robert M Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu: (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
            Gagne menggabungkan ide-ide berhaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi di dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini oleh Gagne disebut sebagai Sembilan peristiwa pembelajaran.
2.2 Pemrosesan Informasi
      Pemrosesan informasi merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.Menurut teori ini belajar adalah mengolah informasi. Sekilas teori ini mirip dengan teori kognitif yaitu lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil. Dalam teori pemrosesan informasi, proses memang penting, namun yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses itu yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar siswa akan berlangsung, sangat ditentukan oleh informasi yang dipelajari. Dalam teori pemrosesan informasi tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk semua siswa.
      Pendekatan proses informasi menganalisis cara anak memipulasi informasi, monitornya, dan menciptakan strategi menanganinya (Munkata, 2006; Siegler, 2001, 2006; Siegler dan Alibali, 2005). Proses informasi yang efektif meliputi perhatian, memori, dan proses berfikir.
2.3 Karakteristik Pemrosesan Informasi
            Pemrosesan Informasi ini maksudnya adalah bagaimana seseorang dapat memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan informasi : proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.
1.      Proses Berfikir
Siegler berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi, dengan penjelasan ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian, merepresentasikan, dan menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut dengan proses berpikir. Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi terbatas pada satu waktu.
Proses berfikir merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan konsep dalam belajar yaitu berupa kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian dan karakteristik berdasarkan properti umum. Konsep merupakan elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi.
Konsep dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Konsep konkret adalah suatu pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili golongan benda tertentu, meja, kursi, lemari, dan sebagainya ; golongan sifat tertentu, warna, sifat, bentuk, dan sebagainya ; golongan perbuatan tertentu, duduk, lari, meloncat, dan sebagainya.
b. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi bukan lingkungan hidup fisik. Misalnya lingkaran adalah garis yang berbentuk bundar yang mempunyai jari-jari yang sama panjang.
2.      Mekanisme Pegubah
            Siegler berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja  untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan kognitif anak :
a.   Encoding (penyandian)
Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Seperti halnya teori Gagne yang menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis. Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Siegler mengatakan bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang relavan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. Karena biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun strategi baru, anak harus melatihnya untuk melaksanakan peyandian secara otomatis maksimalkan efektivitasnya.
b.   Otomatisitas
            Istilah otomatisitas (automaticity) adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemrosesan informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide dan kejadian (Kail, 2002).
c.    Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
d.    Generalisasi
Agar mendapat manfaat penuh dari strategi baru itu, diperlukan generalisasi. Anak perlu melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain.
Transfer terjadi saat anak mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem dalam situasi yang baru.
3.      Modifikasi Diri
Modifikasi diri dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam metakognisi, yang berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang  di dalamnya terdapat dua hal yaitu pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan suatu tujuan.

2.4  Konsep Dasar Teori pemrosesan Informasi      
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun. Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.
Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan sebagainya. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat.
Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merukan hal penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses dari pada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yamg menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.
Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model. Penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna dari informasi yang masuk.

2.5  Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Di Kelas
Dalam sensori input dan sensori register infomasi hanya beberapa detik, sangat singkat, didapat dari penglihatan, sentuhan dan lain sebagainya. Dio dalam short term memory, informasi tersebut akan ada dalam beberapa detik antara 20-30 detik, ada rehaorsal buffer yang diulang terus menerus dihubungkan dengan informasi lain yang telah ada dalam ingatan. Sedangkan dalam long term memory, waktunya adalah berhari-hari, berbulanp-bulan, bertahun-tahun dan sepanjang masa; informasi yang tidak terproses dengan baik akan hilang atau terlupakan; pada saat kita mengingat sesuatu segala items akan tergambar di sini. Dari penjelasan di atas dapat diuraikan sebai berikut:
1.    Dari lingkungan, pembelajar mendapat rangsangan yang mengativasikan reseptor dan transformasikan pada informasi saraf. Pada awalnya informasi ini masuk ke dalam struktur yang disebut sensory register (SR) dan tersimpan dalam waktu yang sangat singkat dalam hitungan perseratus detik.
2.    Tidak seluruh gambaran informasi yang direkam dalam SR akan bertahan, karena informasi tersebut ditrasformasikan ke dalam bentuk rangsang melalui proses persepsi selektif, yaitu proses pemberian perhatian terhadap gambaran tertentu dari informasi yang ada dalam SR dan mengabaikan informasi lain (misalnya: tekstur, kemiringa, objek tiga dimensi dsb). Proses persepsi selektif ini membentuk jenis input baru yang akan masuk ke dalam short term memory storage (STM).
3.    Dalam STM, informasi akan bertahan sampai sekitar 20 detik. Ada dua bentuk penyimpanan dalam STM, yaitu:
a).Bentuk akustis (informasi yang secara internal didengar oleh pembelajar.
b).bentuk artikulator (pembelajar mendengar dirinya sendiri mengatakan informasi). Sebagai contoh, saat seseorang mengingat nomor telepon karena akan menelepon, maka ia akan mendengarkan dirinya sendiri mengulang nomor tersebut. Kapasitas STM terbatas, item bisa berupa huruf, angka, atau kata dengan satu suku kata. Bila kapasitasnya sudah terisi penuh, maka item lama akan terbuang saat ada item baru masuk.
4. Dalam STM, ada suatu proses yang disebut rehearsal, yaitu: suatu proses pengulangan mental (pengulangan secara tenang) dari informasi. Proses rehearsal ini, selain membantu memperpanjang masa bertahannya informasi dalam STM, juga membantu dalam pengkodean informasi, sehingga akan bisa masuk (menjadi input) ke dalam struktur berikutnya, yaitu: long term memory stotage (LMT) tapi tidak membentu dalam meningkatkan jumlah item yang disimpan dalam STM.
5. Transformasi informasi yang paling oenting terjadi saat informasi keluar dari STM dan masuk ke dalam LTM. Proses ini disebut pengkodean (encoding). Informasi yang terdapat dalam STM demgam gfambaran perspektual tertentu ditransformasikan ke dalam bentuk konseptual, bentuk yang bermakna. Jadi informasi tidak lagi disimpan dalam bentuk suara atau bentuk rupa, tapi sebagai konsep yang diketahui maknanya dan dapat dirujuk dengan cepat dalam lingkungan pembelajar. Informasi yang disimpan ini diorganisasikan dalam berbagai cara, tidak hanya dikumpulkan.
6. Penyimpanan dalam LTM bersifat permanen. Tetapi, karena berbagai faktor informasi-informasi tersebut bisa jadi tidak dapat akses, misalnya karena interferensi antara memori lama dengan memori baru. Salah satu contoh akibat kesulitan mengakses informasi dari LTM ini adalah terjadinya lupa.
7. Untuk menemukan kembali informasi dari LTM biasanya dibutuhkan adanya cues baik melalui situasi eksternal maupun oleh si pembelajar itu sendiri (dari sumber memori lain) cues ini diperlukan untuk memasangkan atau mengaitkan apa yang telah dipelajari sehingga informasi yang dicari dapat dikenali dan ditemukan kembali.
8. Recall dari apa yang sudah dipelajari  dapat terjadi segera setelah proses belajar terjadi, tapi bisa pula tertunda. Kadang membutuhkan rekontruksi dari kejadian yang perlu diingat.
9. Transfer of Learning terjadi bila recall terhadap apa yang dipelajari mencakup aplikasi terhaap situasi atau masalah baru. Dalam hal ini seseorang yang perlu menerapkan pengetahuan atau ketrampilannya dalam situasi masalah baru harus mengarahkan suatu proses pencarian yang lebih kompleks dari pada menggunakannya pada situasi atau masalah yang biasa ditemui.
10. STM juga memiliki peran sebagai memori aktif atau memori kerja yang sangat penting. Proses pencarian dapat dilakukan dalam memori kerja untuk menemukan kembali bahan-bahan yang disimpan dalam LTM. Sebagai hasilnya, bahan tersebut dapat kembali ke dalam memori kerja dalam suatu bentuk yang dapat disimpan dan dipasangkan dengan input yang baru diterima.
11. Generator respon menentukan, partama, bentuk dasar dari respon manusia, yaitu apakah muncul dalam bentuk perkataan, otot besar tubuh, otot kecil tangan atau lainnya. Kedua menentukan pola dari performance, urutan dan waktu dari gerakan yang masuk tindakan. Secara umum proses yang dihubungkan dengan generator respon menjamin bahwa performance akan terorganisasikan.
12. Tahapan berikutnya adalah aktifasi dari efektor; pola aktivitas yang dapat diamati secara eksternal.
Dalam kegiatan belajar seseorang, menurut teori pemrosesan informasi terdapat efek eksternak yang mempengaruhi, yaitu:
a)      Kejadian eksternal bisa mempromosikan belajar dan memori dalam jangka waktu yang sangat singkat sebelum sesuatu disimpan. Proses yang terjadi dalam pembelajaran berkait dengan memasukkan stimulus yag relevan ke dalam belajar. Tahapan persiapan ini terdiri atas; pertama kewaspadaan terhadap rangsang yang disebutsebagai perhatian. Kedua; persepsi selektif. Merupakan proses penyarinagan dan pengorganisasian yang sangat penting dari rangsang, yang membawa pada seluruh penyimpanan dari ciri rangsang yang relevan dalam STM. Dari sinilah informasi yang telah ditransformasikan kembali (diberi kode) untuk bisa masuk ke dalam LTM.
b)      Untuk belajar, pertama pembelajar haruslah menerima stimulus artinya panca indera mereka harus diarahkan pada sumber stimulasi dan mereka harus siap menerimanya. Memberikan perhatian merupakan langkah awal dalam belajar yang dapat dideteksi dengan mengamati apa yang dilihat atau didengarkan oleh pembelajar. Stimulasi eksternal yang menghasilkan kewaspadaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya membuat keadaan menjadi lebih terang atau mengeraskan suara. Secara umum membuat perubahan tiba-tiba, baik meningkatkan maupun menurun, merupakan stimulus yang efektif untuk membuat pembelajar wapada.
c)      Persepsi selektif bisa diarahkan dengan intruksi verbal atau bentuk stimulasi lainnya. Misalnya, pada teks bacaan persepsi selektif bisa diarahkan dengan membuat garis bawah atau cetak miring pada kata tertentu yang harus diperhatikan.
Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan pembelajaran adlah sebagai berikut:
1.      Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses pemndidikan. Belajar dimulai dengan pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti performance pembelajar. Diantara kejadian-kejadian ini ada beberapa tahapan dari pemrosesan internal. Pembelajaran tidak hanya merupakan prose sederhana dari penyajian stimulus, melainkan merupakan komposisi dari berbagai jenis stimulasi eksternal yang berbeda, yang mempengaruhi beberapa proses belajar yang berbeda.
2.      Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pembelajar selama pembelajaran berfungsi mensupport yang terjadi pada pembelajaran. Kejadian  eksternal yang disebut pembelajaran bisa mendukung proses internal dengan mengakyifkan mental set (keadaan mental) yang mempengaruhi perhatian dan persepsi seklektif. Kejadian eksternal bisa meningkatkan proses internal dengan memberikan pengorganisasian yang dibuat oleh pembelajar. Pembelajar juga memantapkan pengioperasian proses pengendali tindakan, seperti harapan akan hasil performance.

























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori pemprosesan informasi menyatakan bahwa hanya sedikit informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu banyak elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga menurunkan keefektifan pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan membagi perhatian mereka diantara, dan mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber informasi yang berkaitan misalnya, teks dan diagram, proses ini mungkin menempatkan suatu ketegangan yang tidak perlu pada memori kerja yang terbatas dan menghambat pemerolehan informasi
3.2 Saran
            Penulis menyadari kekurangan dari makalah ini. Sehingga kami manyarankan kepada pembaca agar bisa memberikan kritik dan sarannya, agar makalah ini bisa jadi lebih baik. Terima kasih.




















DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asih. 2005. Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Putra, Yovan. 2008. Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya
Syaiful sagalas. 2010. Supervisi pembelajaran dalam profesi pendidikan. Bandung: Alfabeta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar