BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran.Tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase:1) Motifasi, 2)
Pemahaman, 3) Pemerolehan, 4) Penyimpanan, 5) Ingatan kembali, 6) Generalisasi,
7) Perlakuan, 8) Umpan Teori Pemrosesan Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran,
pengalaman atau instruksi. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang
telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan
intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebut informasi. Informasi yang
berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu
komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses atau ditransmisikan.
Penelitian ini memokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang
didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan instruksi.
Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai
kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak
dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang
diserap, tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi masalah, tidak
mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami
masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya.
Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para
psikolog perkembangan, maka sangat relevan jika individu-individu yang
berkecimpung dibidang ini melakukan penelitian yang tujuanya bermuara pada
meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi.
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar
pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan
informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses belajar
tidak berbeda halya dengan proses menerima,menyimpan dan mengungkapken kembali
dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala
tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai
proses transformasi masukan menjadi keluaran. Jadi, proses belajar tersebut
mirip dengan apa yang terjadi pada sebuah komputer.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan
oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman
tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar
menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan
kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa
yang anda lihat, yang penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri
pembelajar.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Pandangan Robert M Gagne tentang
pemprosesan informasi ?
2. Bagaimana
Pengertian Pemrosesan Informasi?
3. Bagaimana konsep dari teori
pemrosesan informasi?
4. Bagaimana Karakteristik Pemrosesan Informasi?
5. Bagaimana penerapan teori pemrosesan
informasi di kelas?
1.3
Tujuan
1. Agar mengetahui pendangan Robert M Gagne tentang pemprosesan
informasi.
2. Agar mengetahui Pengertian Pemrosesan Informasi.
3. Agar mengetahui konsep dari teori
pemrosesan informasi.
4. Agar mengetahui Karakteristik Pemrosesan Informasi.
5. Agar mengetahui penerapan dari teori
pemrosesan informasi di kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pandangan Robert M Gagne
Menurut Robert M Gagne,belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Robert M. Gagne adalah seorang
psikolog pendidikan berkebangsaan
Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa Condition Of Learning. Menurut
Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah, sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan
dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses
kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Robert Gagne merupakan salah satu
tokoh pencetus teori ini. Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses
memperoleh informasi, mengolah informasi, menyimpan informasi, serta mengingat
kembali informasi yang dikontrol oleh otak. Asumsi yang mendasari teori
pemrosesan informasi Robert M Gagne
adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu: (1) motivasi;
(2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6)
generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
Gagne menggabungkan ide-ide
berhaviorisme dan kognitivisme dalam pembelajaran. Menurut Gagne, dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk diolah sehingga
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi
terjadi interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal individu.
Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi di dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal ini oleh Gagne disebut
sebagai Sembilan peristiwa pembelajaran.
2.2 Pemrosesan Informasi
Pemrosesan informasi merupakan teori
belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.Teori
ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.Menurut
teori ini belajar adalah mengolah informasi. Sekilas teori ini mirip dengan
teori kognitif yaitu lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil. Dalam
teori pemrosesan informasi, proses memang penting, namun yang lebih penting
adalah sistem informasi yang diproses itu yang akan dipelajari siswa. Informasi
inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar siswa akan
berlangsung, sangat ditentukan oleh informasi yang dipelajari. Dalam teori
pemrosesan informasi tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala
situasi dan cocok untuk semua siswa.
Pendekatan
proses informasi menganalisis cara anak memipulasi informasi, monitornya, dan
menciptakan strategi menanganinya (Munkata, 2006; Siegler, 2001, 2006; Siegler
dan Alibali, 2005). Proses informasi yang efektif meliputi
perhatian, memori, dan proses berfikir.
2.3 Karakteristik Pemrosesan Informasi
Pemrosesan Informasi ini maksudnya
adalah bagaimana seseorang dapat memperoleh sejumlah informasi dan dapat
diingat dalam waktu yang cukup lama.
Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga
karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan informasi : proses berpikir,
mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.
1. Proses Berfikir
Siegler
berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi, dengan penjelasan
ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian, merepresentasikan, dan
menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut dengan proses berpikir.
Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi terbatas pada satu
waktu.
Proses berfikir merupakan pendekatan pembelajaran yang
menggunakan konsep dalam belajar yaitu berupa kategori-kategori yang
mengelompokkan objek, kejadian dan karakteristik berdasarkan properti umum.
Konsep merupakan elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan
meringkas informasi.
Konsep
dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Konsep
konkret adalah suatu pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan
fisik. Konsep ini mewakili golongan benda tertentu, meja, kursi, lemari, dan
sebagainya ; golongan sifat tertentu, warna, sifat, bentuk, dan sebagainya ;
golongan perbuatan tertentu, duduk, lari, meloncat, dan sebagainya.
b. Konsep
yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi bukan
lingkungan hidup fisik. Misalnya lingkaran adalah garis yang berbentuk bundar
yang mempunyai jari-jari yang sama panjang.
2. Mekanisme
Pegubah
Siegler
berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah pada peran
mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan
kognitif anak :
a. Encoding (penyandian)
Encoding adalah
proses memasukkan informasi ke dalam memori. Seperti halnya teori Gagne yang
menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding menyandikan
informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak relevan adalah
aspek utama dalam problem solving. Namun, anak membutuhkan waktu dan usaha
untuk melatih encoding ini,
agar dapat menyandi secara otomatis. Encoding adalah proses memasukkan
informasi ke dalam memori. Siegler mengatakan bahwa aspek utama dari pemecahan
problem adalah menyandikan informasi yang relavan dan mengabaikan informasi
yang tidak relevan. Karena biasanya dibutuhkan waktu dan usaha untuk menyusun
strategi baru, anak harus melatihnya untuk melaksanakan peyandian secara
otomatis maksimalkan efektivitasnya.
b. Otomatisitas
Istilah otomatisitas (automaticity) adalah
kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan
bertambahnya usia dan pengalaman, pemrosesan informasi menjadi makin otomatis,
dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide dan kejadian (Kail,
2002).
c.
Konstruksi Strategi
Konstruksi strategi adalah penemuan
prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini Siegler menyatakan bahwa
anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan
mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan
untuk memecahkan masalah.
d.
Generalisasi
Agar mendapat manfaat penuh dari strategi
baru itu, diperlukan generalisasi. Anak
perlu melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan, strategi pada problem lain.
Transfer terjadi saat anak mengaplikasikan
pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau memecahkan problem
dalam situasi yang baru.
3. Modifikasi Diri
Modifikasi diri
dalam pemrosesan informasi secara mendalam tertuang dalam metakognisi, yang
berarti kognisi atau kognisi atau mengetahui tentang mengetahui, yang di dalamnya terdapat dua hal yaitu
pengetahuan kognitif dengan aktivitas kognitif.
Pengetahuan
kognitif melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pemikiran seseorang pada
saat sekarang, sedangkan aktivitas kognitif terjadi saat murid secara sadar
menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan
masalah dan memikirkan suatu tujuan.
2.4 Konsep Dasar Teori
pemrosesan Informasi
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja
disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun.
Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada
bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.
Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia
dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari lingkungan
melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan sebagainya.
Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan
dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass
pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses
secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak
akan lenyap dengan cepat.
Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat
ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merukan hal
penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat
penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan
informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam
berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya.
Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama
diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau
banyak berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih
dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses
dari pada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain,
manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau
hal-hal yamg menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih
mendalam dari pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi
perhatiannya.
Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model.
Penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan.
Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh
tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif.
Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna dari
informasi yang masuk.
2.5 Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Di Kelas
Dalam sensori input dan sensori register infomasi hanya
beberapa detik, sangat singkat, didapat dari penglihatan, sentuhan dan lain
sebagainya. Dio dalam short term memory, informasi tersebut akan ada dalam
beberapa detik antara 20-30 detik, ada rehaorsal buffer yang diulang terus
menerus dihubungkan dengan informasi lain yang telah ada dalam ingatan.
Sedangkan dalam long term memory, waktunya adalah berhari-hari,
berbulanp-bulan, bertahun-tahun dan sepanjang masa; informasi yang tidak
terproses dengan baik akan hilang atau terlupakan; pada saat kita mengingat
sesuatu segala items akan tergambar di sini. Dari penjelasan di atas dapat
diuraikan sebai berikut:
1.
Dari lingkungan, pembelajar mendapat rangsangan yang mengativasikan reseptor
dan transformasikan pada informasi saraf. Pada awalnya informasi ini masuk ke
dalam struktur yang disebut sensory register (SR) dan tersimpan dalam
waktu yang sangat singkat dalam hitungan perseratus detik.
2.
Tidak seluruh gambaran informasi yang direkam dalam SR akan bertahan, karena
informasi tersebut ditrasformasikan ke dalam bentuk rangsang melalui proses persepsi
selektif, yaitu proses pemberian perhatian terhadap gambaran tertentu dari
informasi yang ada dalam SR dan mengabaikan informasi lain (misalnya: tekstur, kemiringa,
objek tiga dimensi dsb). Proses persepsi selektif ini membentuk jenis input
baru yang akan masuk ke dalam short term memory storage (STM).
3.
Dalam STM, informasi akan bertahan sampai sekitar 20 detik. Ada dua bentuk
penyimpanan dalam STM, yaitu:
a).Bentuk
akustis (informasi yang secara internal didengar oleh pembelajar.
b).bentuk
artikulator (pembelajar mendengar dirinya sendiri mengatakan informasi).
Sebagai contoh, saat seseorang mengingat nomor telepon karena akan menelepon,
maka ia akan mendengarkan dirinya sendiri mengulang nomor tersebut. Kapasitas
STM terbatas, item bisa berupa huruf, angka, atau kata dengan satu suku kata.
Bila kapasitasnya sudah terisi penuh, maka item lama akan terbuang saat ada
item baru masuk.
4. Dalam
STM, ada suatu proses yang disebut rehearsal, yaitu: suatu proses pengulangan
mental (pengulangan secara tenang) dari informasi. Proses rehearsal ini, selain
membantu memperpanjang masa bertahannya informasi dalam STM, juga membantu
dalam pengkodean informasi, sehingga akan bisa masuk (menjadi input) ke dalam
struktur berikutnya, yaitu: long term memory stotage (LMT) tapi tidak
membentu dalam meningkatkan jumlah item yang disimpan dalam STM.
5.
Transformasi informasi yang paling oenting terjadi saat informasi keluar dari
STM dan masuk ke dalam LTM. Proses ini disebut pengkodean (encoding). Informasi
yang terdapat dalam STM demgam gfambaran perspektual tertentu ditransformasikan
ke dalam bentuk konseptual, bentuk yang bermakna. Jadi informasi tidak lagi
disimpan dalam bentuk suara atau bentuk rupa, tapi sebagai konsep yang
diketahui maknanya dan dapat dirujuk dengan cepat dalam lingkungan pembelajar.
Informasi yang disimpan ini diorganisasikan dalam berbagai cara, tidak hanya
dikumpulkan.
6.
Penyimpanan dalam LTM bersifat permanen. Tetapi, karena berbagai faktor
informasi-informasi tersebut bisa jadi tidak dapat akses, misalnya karena
interferensi antara memori lama dengan memori baru. Salah satu contoh akibat
kesulitan mengakses informasi dari LTM ini adalah terjadinya lupa.
7. Untuk
menemukan kembali informasi dari LTM biasanya dibutuhkan adanya cues baik
melalui situasi eksternal maupun oleh si pembelajar itu sendiri (dari sumber
memori lain) cues ini diperlukan untuk memasangkan atau mengaitkan apa yang
telah dipelajari sehingga informasi yang dicari dapat dikenali dan ditemukan
kembali.
8. Recall
dari apa yang sudah dipelajari dapat terjadi segera setelah proses
belajar terjadi, tapi bisa pula tertunda. Kadang membutuhkan rekontruksi dari
kejadian yang perlu diingat.
9.
Transfer of Learning terjadi bila recall terhadap apa yang dipelajari mencakup
aplikasi terhaap situasi atau masalah baru. Dalam hal ini seseorang yang perlu
menerapkan pengetahuan atau ketrampilannya dalam situasi masalah baru harus
mengarahkan suatu proses pencarian yang lebih kompleks dari pada menggunakannya
pada situasi atau masalah yang biasa ditemui.
10. STM
juga memiliki peran sebagai memori aktif atau memori kerja yang sangat penting.
Proses pencarian dapat dilakukan dalam memori kerja untuk menemukan kembali
bahan-bahan yang disimpan dalam LTM. Sebagai hasilnya, bahan tersebut dapat
kembali ke dalam memori kerja dalam suatu bentuk yang dapat disimpan dan
dipasangkan dengan input yang baru diterima.
11.
Generator respon menentukan, partama, bentuk dasar dari respon manusia, yaitu
apakah muncul dalam bentuk perkataan, otot besar tubuh, otot kecil tangan atau
lainnya. Kedua menentukan pola dari performance, urutan dan waktu dari gerakan
yang masuk tindakan. Secara umum proses yang dihubungkan dengan generator
respon menjamin bahwa performance akan terorganisasikan.
12. Tahapan
berikutnya adalah aktifasi dari efektor; pola aktivitas yang dapat diamati
secara eksternal.
Dalam kegiatan belajar seseorang, menurut teori pemrosesan
informasi terdapat efek eksternak yang mempengaruhi, yaitu:
a)
Kejadian eksternal bisa mempromosikan belajar dan memori dalam jangka waktu
yang sangat singkat sebelum sesuatu disimpan. Proses yang terjadi dalam
pembelajaran berkait dengan memasukkan stimulus yag relevan ke dalam belajar.
Tahapan persiapan ini terdiri atas; pertama kewaspadaan terhadap rangsang yang
disebutsebagai perhatian. Kedua; persepsi selektif. Merupakan proses
penyarinagan dan pengorganisasian yang sangat penting dari rangsang, yang
membawa pada seluruh penyimpanan dari ciri rangsang yang relevan dalam STM.
Dari sinilah informasi yang telah ditransformasikan kembali (diberi kode) untuk
bisa masuk ke dalam LTM.
b)
Untuk belajar, pertama pembelajar haruslah menerima stimulus artinya panca
indera mereka harus diarahkan pada sumber stimulasi dan mereka harus siap
menerimanya. Memberikan perhatian merupakan langkah awal dalam belajar yang
dapat dideteksi dengan mengamati apa yang dilihat atau didengarkan oleh
pembelajar. Stimulasi eksternal yang menghasilkan kewaspadaan bisa dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya membuat keadaan menjadi lebih terang atau
mengeraskan suara. Secara umum membuat perubahan tiba-tiba, baik meningkatkan
maupun menurun, merupakan stimulus yang efektif untuk membuat pembelajar
wapada.
c)
Persepsi selektif bisa diarahkan dengan intruksi verbal atau bentuk stimulasi
lainnya. Misalnya, pada teks bacaan persepsi selektif bisa diarahkan dengan
membuat garis bawah atau cetak miring pada kata tertentu yang harus
diperhatikan.
Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap
kegiatan pembelajaran adlah sebagai berikut:
1.
Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang
besar bagi perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses pemndidikan.
Belajar dimulai dengan pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan
umpan balik yang mengikuti performance pembelajar. Diantara kejadian-kejadian
ini ada beberapa tahapan dari pemrosesan internal. Pembelajaran tidak hanya
merupakan prose sederhana dari penyajian stimulus, melainkan merupakan
komposisi dari berbagai jenis stimulasi eksternal yang berbeda, yang
mempengaruhi beberapa proses belajar yang berbeda.
2.
Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pembelajar selama
pembelajaran berfungsi mensupport yang terjadi pada pembelajaran.
Kejadian eksternal yang disebut pembelajaran bisa mendukung proses
internal dengan mengakyifkan mental set (keadaan mental) yang mempengaruhi
perhatian dan persepsi seklektif. Kejadian eksternal bisa meningkatkan proses
internal dengan memberikan pengorganisasian yang dibuat oleh pembelajar.
Pembelajar juga memantapkan pengioperasian proses pengendali tindakan, seperti
harapan akan hasil performance.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teori pemprosesan informasi menyatakan bahwa hanya sedikit
informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu banyak
elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga menurunkan keefektifan
pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan membagi perhatian mereka
diantara, dan mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber
informasi yang berkaitan misalnya, teks dan diagram, proses ini mungkin
menempatkan suatu ketegangan yang tidak perlu pada memori kerja yang terbatas
dan menghambat pemerolehan informasi
3.2 Saran
Penulis menyadari
kekurangan dari makalah ini. Sehingga kami manyarankan kepada pembaca agar bisa
memberikan kritik dan sarannya, agar makalah ini bisa jadi lebih baik. Terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih,
Asih. 2005. Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Putra, Yovan. 2008. Memori dan Pembelajaran Efektif.
Bandung: Yrama Widya
Syaiful sagalas. 2010. Supervisi pembelajaran
dalam profesi pendidikan. Bandung: Alfabeta
AhmadMulyadiprana.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011-/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf.
Diakses 6 Maret 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar